Mungkin banyak motivator atau praktisi hipnosis (hipnoterapi), yang sudah menyampaikan materi tentang “dream building” dan juga goal-setting. Saya tidak ingin membahas terlalu jauh tentang kedua materi tersebut, tapi hanya ingin menulis sedikit berkaitan dengan kedua hal tersebut.
Siapapun tentu menginginkan apa yang diimpikan (dream) dalam hidup ini bisa menjadi kenyataan/ terwujud. Dengan segala daya dan upaya dilakukan mulai menuliskan impian, melakukan afirmasi (mensugesti diri sendiri) hingga mencari mentor yang sudah “sukses” agar semua impian bisa dicapai dalam waktu singkat termasuk secara mental memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan yakin bahwa dengan mengerahkan segenap potensi yang dimilikinya, impian berhasil diraihnya.
Cara apapun yang dilakukan, itu hak setiap orang. Sebagai manusia yang menyadari bahwa apapun yang dilakukan (diusahakan) tidak akan berhasil tanpa kehendak dan Izin dari Allah (Tuhan) Yang Maha Kuasa, maka disinilah pentingnya peran DOA… ya benar… sekali lagi DOA. Apakah tidak cukup dengan mengandalkan potensi (resourse) saja? Tentu masalahnya tidak sekedar cukup atau tidak cukup, tapi yang lebih penting adalah kita (manusia) supaya tidak terjebak dalam KESOMBONGAN. Kesombongan ini biasanya disebabkan keyakinannya terhadap semua kemampuan yang dimilikinya sehingga over-confident. Dalam hal ini, khususnya seorang muslim, hal yang paling pertama dan utama dalam berusaha mewujudkan impian adalah dengan doa. Dengan berdoa berarti menghadirkan Allah dalam “langkah” kita untuk meraih sukses. Selain itu, berdoa merupakan implementasi kepatuhan kita kepada Sang Pencipta sebagaimana perintah-Nya dalam Al Qur’an, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku perkenankan permintaanmu”(QS. Al Mu’min 60).
Kita juga tidak dilarang menuliskan impian kita dengan bahasa yang mudah dan membacanya saat berdoa dengan postur fisiologis seperti orang-orang yang sedang meminta-minta pada umumnya. Dengan postur tersebut, akan lebih mudah dalam memunculkan intensitas emosi kita. Bukankah membaca sambil menggunakan intensitas emosi (perasaan) itu sangat penting?
Urutan berikutnya barulah mengatakan impian kita kepada diri sendiri (AFIRMASI). Dalam hal ini, tentu kita sudah banyak belajar dan memahami “aturan umum” dalam menyusun kalimat yang ingin kita katakana pada diri kita sendiri (afirmasi), misalnya, dengan KALIMAT POSITIF, menggunakan KETERANGAN WAKTU SEKARANG (bukan “akan”), JELAS dan SPESIFIK, dll.
Untuk konsultasi lebih lanjut, silahkan hubungi : 085854533101/ WA: 089531124246.