Sugesti apapun baik positif maupun negatif tetap akan tersaring oleh beberapa norma dan nilai dasar serta keyakinan seseorang yang sejak kecil tertanam. Mari kita permisalkan, apakah seserorang yang sedang memasuki kodisi hipnosis yang sangat dalam ( profoun somnambulism) apakah bisa kita perintahkan untuk telanjang bulatsambil berjoget-ria. Jawabnya bisa YA, bagi orang yang memang menganut norma dasar bahwa telanjang itu hal yang biasa saja dan bagian dari budayanya.
Tapi buat kita orang Indonesia yang notabene orang timur yang sangat menjunjung tinggi moral agama dan budaya sudah pasti pikiran bawah sadar akan menolak melakukan perintah sang penghiponotis.
Lalu bagaimana dengan kasus yang sedang hangat ini. Ya teroris, bagaimana cara mereka merekrut kader-kadernya. Untuk pertanyaan ini saya kurang paham. Bukan itu maksudnya, tapi bagaimana mereka bisa didoktrin sampai tercuci otaknya seperti itu. Apakah menggunakan hipnosis atau gendam mungkin? Atau menggunakan teknik lain. Jawabnya: bisa menggunakan hipnosis atau gendam atau teknik lain, bahkan cuma teknik biasa saja. Sekarang kita tidak usah focus dengan teknik apa yang digunakan tapi kita focus saja dengan hasilnya yang membuat kelompok ini begitu radikal titik eh maaf maksudnya(.)
Menurut beberapa penelitian, kader yang terekruit biasanya mengarah kepada orang-orang “bodoh” dalam masalah agama (al jahlu fid diin), bukan bodoh dalam artian sesungguhnya, banyak sekali kader mereka yang sarjana s1 bahkan s3 ada juga. Mayoritas mereka hanya belajar agama secara karbitan,
Lalu…. Lalu lagi dah, iya lalu kaitannya dengan masalah teknik atau cara memasukkan “keyakinan” yang membuat mereka bisa menurut saja pada pimpinan mereka tanpa nalar lagi. Nah itu yang akan kita bahas….( makin penasaran ya….kasih tahu ngga ya…eh maaf yang ada cuma tempe deng… #garingON). Pengkaderan dilakukan dalam waktu cukup lama, doktrinisasi dilakukan sesering mungkin, biasanya doktrinisasi dilakukan pada malam hari menjelang kantuk begitu menguat, saat seperti ini kritikal area gampang sekali ditembus. Okelah katakan saja sudah masuk sampai ke bawah sadar meraka apa ngga akan diuji lagi dengan norma dan nilai dasar yang dianut. Loh di atas sudah dijelaskan, kebanyakan kadernya direkruit dari orang jahlu fiddin, bodoh dalam masalah agama, jadi sangat mudah masuk dan bersemayam di pikiran bawah sadar mereka sebuah nilai baru yang secara mainstream itu salah. Ingat pikiran bawah sadar (pbs) tidak paham mana baik mana buruk, mana benar mana salah, mana sungguhan mana main-main.
Sesuatu dianggap benar jika dimasukan sebuah system belief atau kepercayaan, missal memegang kepala diartikan sebagai perbuatan tidak sopan (salah) jika dilakukan dalam pergaulan di masyarakat Indonesia, karena memegang kepala dimasukan sebuah belief budaya sebagai sebuah tindakan kekurang-ajaran. Beda dengan di Timur Tengah, memegang kepala itu biasa saja, bahkan seorang anak kecil dengan enak saja memegang kepala kita, saya pernah mengalaminya saat ibadah haji tempo hari.
Kembali ke laptop, pada masa pengkondisian ini kader-kader sudah benar-benar terisolasi dengan lingkungan lain, setiap hari hanya berkumpul dalam sautu komunitas yang cara berpikir, cara pandang, visi dan misi yang sama secara terus-menerus sudah bisa dipastikan keyakinan dan pemahamannya akan semakin mengkristal, mengeras dan yang berbahaya diluar pemahaman mereka adalah musuh.
Namun bagi yang sebelumnya sudah ada nilai dasar beragama sejak kecil, lama kelamaan doktrin yang tidak masuk akal akan dilawan oleh nilai-nilai lama, jika ada pemicu yang cukup menstimulasi pbs, kader akan kembali lagi ke pemahaman lama yang sudah ditanamkan sejak kecil, pemahaman beragama yang umum dimasyarakat.
Pendidikan agama antara usia 0-12 tahun sangat menentukan buat membentengi generasi kita masuk terjebak pada pemikiran dan keyakinan keberagamaan yang menyimpang. Didiklah agama sejak anak berusia dini, tanamkan pemahaman yang benar.
Wallahu A’lam
www.abahabror.com
Abah Abror, CI, CHt