Apa yang Saudara rasakan saat membaca kata stress? Dalam dunia Psikologi dan Kesehatan telah banyak para peneliti mengangkat tema tentang stress. Dan merupakan rahasia umum dalam dunia kesehatan jika ternyata stress ada yang bermanfaat.
Sebagai ilustrasi terkait stress di dalam sebuah perusahaan, Adi dan Badi dipromosikan naik jabatan yang akan menambah penghasilan sekaligus menambah beban kerja mereka. Di minggu pertama Adi sering datang terlambat tetapi Badi justru semakin bersemangat dan menikmati ritme kerjanya. Promosi ini disebut stressor dan kondisi Adi yang sering datang terlambat disebut distress sedangkan kondisi Badi yang bersemangat disebut eustress.
Dari ilustrasi di atas terlebih dulu kita kenali pengertian stess dari beberapa ahli. Anoraga berpendapat bahwa stres diartikan sebagai respon seseorang, baik secara fisik maupun secara mental terhadap suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam. Robbins menyatakan bahwa stress merupakan suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai sesuatu kesempatan di mana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Sedangkan Style mendefinisikan stress sebagai respon non spesifik dari tubuh di setiap tuntutan. Dari beberapa pengertian di atas, stress adalah gangguan mental yang dihadapi seseorang sebagai respon subjektif akibat adanya tuntutan. Tuntutan ini bisa berasal dari dalam diri atau pun dari luar. Seperti saat berada dalam kejadian antrian kendaraan yang penuh sementara dalam waktu yang sama kita dituntut hadir dalam sebuah inhouse training sebaga trainer. Dan diantara kondisi yang sangat umum terjadi ketika stress bisa saja Anda merasa jantung berdebar lebih kencang, telapak tangan berkeringat, dan perut bergejolak.
Dengan memiliki pengetahuan tentang kondisi stress diharapkan diri kita setingkat lebih tenang ketika sewaktu-waktu datang penyebab atau sumber stress dalam kehidupan sehari-hari. Rasmun berpendapat stressor atau penyebab timbulnya stress dapat berasal dari dalam tubuh dan luar tubuh. Beberapa jenis stressor adalah sebagai berikut;
- Stressor Biologik, dapat berupa bakteri yang dapat mempengaruhi kesehatan. Tumbuhnya jerawat dipersepsikan menjadi stressor dan mengancam konsep diri individu.
- Stressor Fisik, dapat berupa perubahan cuaca, suhu, geografi alam dsb.
- Stressor Kimia, dapat berupa kandungan zat dari makanan minuman yang dikonsumsi (kadar kafein, alcohol dsb).
- Stressor Sosial dan Psikologi, dapat berasal dari rasa tidak puas terhadap diri sendiri, emosi negative dsb.
- Stressor Spiritual, yaitu persepsi atau pemaknaan yang negatif terhadap nilai-nilai ketuhanan.
Sedangkan Brannon menyebutkan stressor bisa berasal dari perubahan yang drastic terhadap hidup dan kejadian sehari – hari. Kenaikan pangkat, promosi jabatan, tumbuh kembang anak, menikah, dan mempunyai keturunan juga dapat menyebabkan stress. Bisa jadi pangkat kita naik tetapi secara sosial ada yang tidak sepenuhnya mendukung, anak-anak tumbuh berkembang hanya saja kita kurang memiliki pengetahuan yang relevan tentang tumbuh kembangnya dsb.
Stress terjadi apabila stressor tersebut dirasakan dan dipersepsi sebagai ancaman sehingga menimbulkan kecemasan yang merupakan awal dari gangguan kesehatan fisik dan psikologis. Mengingat tubuh kita telah dirancang untuk dapat mendeteksi dan bereaksi terhadap stres. Bahkan, stres bersifat baik. Stres hanya menjadi berbahaya bila bersifat kronis. Jarang manusia secara sadar memahami bahwa gangguan kesehatan fisik dan psikologisnya berawal dari stress yang menumpuk, berkepanjangan, dan belum didapat jalan keluarnya. Dengan mengenali ke dalam diri sendiri diharapkan kita mampu mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada diri sendiri terkait kondisi stress. Dan dapat mengambil manfaat dari kondisi tsb. Kok bisa, bagaimana bisa mengambil manfaat dari stress?
Di dalam hidup ini sebaiknya perlu dipahami bahwa apa-apa yang sedang terjadi tidak selalu semuanya sesuai dengan yang diharapkan. Apalagi bagi kita yang notabenenya termasuk pada usia dewasa. Dewasa adalah suatu proses menuju bertambahnya pengertian. Mengerti bahwa Tuhan Yang Mahakuasa menciptakan alam semesta bersifat paradoksal. Di mana ada dua kondisi yang saling bertolakbelakang dan keduanya melekat dalam satu fitrah kehidupan. Di dalam hidup ini ada siang ada malam; fitrah manusia itu terlahir suci sekaligus menjadi tempatnya salah, lupa; termasuk juga di dalam kondisi stress itu ada yang cenderung berbahaya ada juga yang bermanfaat.
Untuk dapat menghadapi sumber stress dan berhasil mengambil manfaat dari stress diperlukan keterampilan mengelolahnya. Menurut Hager, stress sangat bersifat individual dan pada dasarnya bersifat merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan beban yang dirasakannya. Namun, berhadapan dengan suatu stressor tidak selalu mengakibatkan gangguan secara psikologis maupun fisiologis. Terganggu tidaknya individu, tergantung pada persepsi seseorang dan penilaian terhadap situasi dan kemampuannya untuk menghadapi atau mengambil manfaat dari situasi yang dihadapi.
Dari ilustrasi Adi dan Badi saat mengalami stressor yang sama dapat dipersepsi secara berbeda, yaitu dianggap sebagai peristiwa negative yang mengganggu dan mengancam atau kah dapat dianggap sebagai peristiwa yang positif dan tidak berbahaya. Kejadian yang tidak diharapkan sebagian orang mengatakannya hambatan, sebagian yang lain menyebutnya sebagai tantangan. Sekilas kedua istilah hambatan dan tantangan sama saja. Sama-sama dipersepsi sebagai sesuatu hal yang tidak diharapkan terjadi. Jika kita mengalami kejadian yang tidak kita harapkan kemungkinannya ada dua, yaitu menghindari (flight) ataukah menghadapi (fight). Apabila kita menganggap kejadian yang tidak diharapkan melebihi kemampuan kita untuk menghadapinya maka kita cenderung menghindari (flight). Sebaliknya apabila kita mengukur ke dalam diri bahwa kita merasa dimampukan oleh Tuhan Yang Mahakuasa dan kita yakin mampu maka kita pun cenderung menghadapinya (fight). Bisa jadi Adi menganggap kehadirannya lebih awal datang ke perusahaan dipersepsi sebagai hal yang mengganggu rutinitasnya di rumah. Sebaliknya Badi menganggapnya sebagai hal yang menyenangkan bisa lebih awal keluar dari rumah.
Jadi, dari sini terdapat penilaian kognitif yang bersifat indivual differences. Pemaknaan stress menjadi berbeda-beda pada masing-masing individu. Meski jenis stressornya sama akan menimbulkan respon tersendiri. Kita mengalami distress ketika menganggap stressor sebagai hal yang mengganggu bahkan mengancam kenyamanan diri. Sebaliknya ketika kita menganggap stressor sebagai hal yang menyenangkan justru semakin memotivasi dapat diartikan sebagai eustress.
Apakah ada yang salah ketika setiap orang merespon stress secara berbeda. Sama sekali tidak. Sebab perbedaan ini dipengaruhi banyak faktor. Penilaian kognitif bisa mengubah cara pandang akan stress. Dimana stress diubah bentuk menjadi suatu cara pandang yang positif terhadap diri dalam menghadapi situasi stress. Agar mudah menjadi dewasa dan merasakan manfaat stress kuncinya adalah rela saat proses pembentukan terjadi (kejadian yang tidak diharapkan). Mengingat setiap kejadian adalah pijakan untuk kejadian selanjutnya. Tidak ada yang kebetulan, bahkan termasuk kejadian yang kita anggap sebagai kebetulan pun atas Sepengetahuan dan Izin Tuhan Yang Mahakuasa. Dengan memahami hal ini kita akan sangat mudah rela. Rela bahwa memang apa pun stressor yang sedang dihadapi adalah memang harus terjadi dan membawa kita naik dalam kelas kehidupan selanjutnya.
Kondisi kognitif yang kurang lebih seperti ini yang diperlukan agar setiap diri kita diberi kemampuan untuk mengambil manfaat dari setiap kejadian yang bernama stress. Tentu hal ini tidak datang semerta begitu saja secara otomatis seiring dengan bertambahanya usia. Kematangan berpikir dan keterampilan membawa emosi terkait stress adalah hal yang sangat mungkin diperoleh oleh siapa pun kita tidak akan luput dari kondisi ini. Meski memang stress bisa menghampiri siapa saja dengan kadar dan bentuknya yang berbeda. Apa pun itu dengan beragam cara membuka pikiran dan diri untuk terus menerus belajar bahkan dari seorang anak kecil sekalipun, menyadari bahwa di dalam dunia tidak ada yang kekal abadi termasuk situasi stress yang sedang dihadapai, pilihan sikap tubuh, bahasa tubuh yang positif, dan kedekatan kita kepada Sang Pencipta sangat berperan di sini.
Setelah sampai di sini, sekarang gilirannya saya pengin bertanya apa rasanya emosi Anda? Sudah lebih enakkan, lebih luwes, lebih santai dalam mempersepsi stressor? Syukurlah kalau begitu. Kejarlah mengerti, mengerti bahwa di dalam hidup ini tidak ada yang abadi termasuk situasi stress yang sedang dihadapi. Hal ini pasti lewat, sebagaimana diri kita telah berhasil melampaui fase kehidupan sebelumnya. Dan kali ini pasti lebih baik dari yang kemarin. Apa pun yang sedang dihadapi, sadari bahwa hidup ini adalah kesempatan untuk bergerak kearah yang lebih baik, terus lagi dan lagi.