Dalam dunia parenting modern, banyak metode yang ditawarkan untuk membantu orang tua membesarkan anak dengan baik. Salah satu pendekatan yang semakin diminati adalah Hypno Parenting, yaitu pengasuhan anak dengan pendekatan komunikasi bawah sadar yang positif, sugestif, dan membangun. Menariknya, jika kita melihat kisah para nabi, kita akan menemukan contoh luar biasa dari hypno parenting yang telah diterapkan sejak ribuan tahun lalu. Salah satu yang paling menginspirasi adalah kisah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan anaknya, Nabi Ismail.
1). Komunikasi yang Menyentuh Hati
Ketika Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya, beliau tidak memaksa atau mendikte. Justru beliau mengajak anaknya berdiskusi:
“Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?”
(QS. Ash-Shaffat: 102)
Dalam pendekatan hypno parenting, ini adalah bentuk komunikasi sugestif yang sangat dalam. Nabi Ibrahim tidak mengintimidasi, tetapi menyampaikan perintah Allah dengan lembut dan memberikan ruang kepada anak untuk merespons. Hal ini menciptakan rasa aman dan membangkitkan kesadaran spiritual dalam diri anak.
2). Menanamkan Tauhid Sejak Kecil
Nabi Ibrahim adalah seorang pendidik tauhid sejati. Beliau membimbing Ismail untuk mengenal Allah sejak dini. Inilah fondasi utama dalam hypno parenting Islami: menjadikan nilai-nilai keimanan sebagai dasar pembentukan karakter. Sugesti positif yang diberikan berulang-ulang dalam suasana cinta akan membekas kuat di alam bawah sadar anak.
3). Membangun Keteladanan
Ismail kecil melihat langsung bagaimana ayahnya berjuang dalam ketaatan kepada Allah. Dalam hypno parenting, keteladanan orang tua adalah sugesti yang paling kuat. Anak belajar lebih banyak dari apa yang mereka lihat dibandingkan dari apa yang mereka dengar. Ketika anak melihat kesungguhan, konsistensi, dan ketundukan orang tuanya kepada Allah, maka itu akan tertanam dalam dirinya.
4). Melatih Ketaatan dengan Penuh Cinta
Kisah Nabi Ibrahim menyembelih Ismail bukan sekadar ujian pengorbanan, tapi juga pendidikan tentang ketaatan kepada Allah. Ismail pun menjawab dengan penuh keikhlasan:
"Wahai ayahku! Kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."
(QS. Ash-Shaffat: 102)
Ketaatan ini bukan lahir dari paksaan, tetapi dari hati yang telah dibentuk dengan komunikasi lembut, sugesti positif, dan cinta sejati.
Kesimpulan
Hypno parenting dalam kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail mengajarkan bahwa pengasuhan terbaik adalah yang dilandasi nilai spiritual, komunikasi hati ke hati, dan keteladanan. Orang tua adalah sumber sugesti utama bagi anak. Maka, mari kita jadikan setiap ucapan, sikap, dan perlakuan kepada anak sebagai sarana mendidik bawah sadarnya untuk tumbuh menjadi insan yang bertauhid, patuh, dan penuh kasih.

