a. Pengertian REBT
Pendekatan konseling rational emotive behavioral therapy merupakan pendekatan yang bertujuan untuk mengubah keyakinan irrasional yang dimiliki klien (yang memberikan dampak pada emosi dan perilaku) menjadi rasional. Teori REBT membagi 4 keyakinan yang irrasional dan 4 keyakinan rasional sebagai alternative. Tuntutan merupakan keyakinan irrasional yang pertama dan utama. Terdapat 3 macam tuntutan, terhadap diri sendiri, orang lain, dan kehidupan. Tuntutan merupakan akar dari munculnya keyakinan irrasional yang lain meliputi yakin akan sangat menderita, yakin tidak dapat mentolerir frustasi, dan yakin pasti mengalami depresi. Keyakinan irrasional sebenarnya dapat diganti dengan keyakinan rasional ketika individu memiliki keinginan yang tidak dogmatis (lawan dari tuntutan). Keyakinan individu untuk memiliki keinginan yang tidak dogmatis merupakan akar dari munculnya keyakinan rasional yang lain, meliputi; yakin tidak akan sangat menderita, yakin dapat mentolerir frustasi, dan yakin dapat menerima kenyataan.
b. Teori ABC
Teori ABC merupakan bagian penting dalam pendekatan REBT. Teori ABC merupakan teori yang menjelaskan mengenai hubungan antara sebuah peristiwa, keyakinan yang dimiliki terhadap peristiwa tersebut, dan konsekuensi yang muncul atas keyakinan tersebut (sudrajat,2008;DHIYAN (2008); banks &zionts,2009;web ellis,2010). Mulhauser, 2005 menyatakan dalam tulisannya bahwa dalam peristiwa (A), individu juga membuat interpretasi terhadap peristiwa tersebut, akan tetapi Mulhauser tetap mengemukakan skema AàBàC. Dalam bukunya, Dryden & Neenan mengemukakan konsep yang lebih rinci mengenai teori ABC. Dryden & Neenan (2005) menyatakan bahwa “masalah (emosi,pikiran, perilaku) yang disebut Consequences(Cs) yang ada pada manusia bukan disebabkan oleh peristiwa yang dialami (disebut Actuals event (As), akan tetapi disebabkan oleh keyakinan/pemaknaan terhadap peristiwa tersebut (disebut Beliefs (Bs).
As merupakan kependekan dari actuating event (situasi A). situasi A dapat berupa kejadian yang bersumber pada orang lain atau bersumber pada diri sendiri. Individu terkadang melakukan sangkaan (cognitive hunch) terhadap actual event (situasi A) yang disebut critical A. padahal bisa saja seseorang melakukan non-critical A (kebalikan critical A). pada terapi REBT therapist mendorong klien untuk berasumsi bahwa critical A adalah benar meskipun kenyataannya dengan itu klien menderita. Kondisi ini dimaksudkan agar therapist dapat mengidentifikasi penyebab dari klien memiliki critical A dan mendorong klien untuk merasa ada masalah dengan pikirannya itu sehingga pemaknaan kembali terhadap situasi A dapat dilakukan.
Bs merupakan kependekan dari beliefs atau keyakinan yang terbentuk secara alamiah berdasarkan evaluasi individu terhadap peristiwa. Keyakinan dapat rasional dan irrasional. Berikut 4 kondisi yang membedakan keyakinan rasioanal dan irrasional
– Kekakuan dan fleksibilitas
– Kesesuaian dengan realitas
– Penggunaan logika
– Keberfungsian diri sebagai konsekuensi
Teori REBT membagi 4 keyakinan yang irrasional dan 4 keyakinan rasional sebagai alternative. Tuntutan merupakan keyakinan irrasional yang pertama dan utama. Terdapat 3 macam tuntutan, terhadap diri sendiri, orang lain, dan kehidupan. Tuntutan merupakan akar dari munculnya keyakinan irrasional yang lain meliputi yakin akan sangat menderita, yakin tidak dapat mentolerir frustasi, dan yakin pasti mengalami depresi. Keyakinan irrasional sebenarnya dapat diganti dengan keyakinan rasional ketika individu memiliki keinginan yang tidak dogmatis (lawan dari tuntutan). Keyakinan individu untuk memiliki keinginan yang tidak dogmatis merupakan akar dari munculnya keyakinan rasional yang lain, meliputi; yakin tidak akan sangat menderita, yakin dapat mentolerir frustasi, dan yakin dapat menerima kenyataan.
Cs merupakan kependekan dari Consequence atau akibat dari adanya keyakinan yang irrasional. Konsekuensi ini dapat berupa kognitif, perasaan, serta perilaku (baik yang tampak atau tidak tampak).
c. Teknik dalam REBT
Berbagai teknik dapat digunakan dalam konseling melalui pendekatan REBT. Sejumlah teknik tersebut dapat dikelompokkan pada 3 aspek, yaitu kognitif, emotif, dan perilaku. Berikut teknik-teknik yang dapat digunakan dalam konseling REBT (Corey, 2005).
• Metode Kognitif
– Mempertanyakan keyakinan irrasional
– Pekerjaan rumah kognitif
– Mengubah gaya berbahasa
– Humor
• Metode Emotif
– Imajinasi rasional-emotif
– Bermain peran
– Latihan menyerang rasa malu
– Penggunaan kekuatan dan ketegaran
• Metode Perilaku
– Kondisioning operan
– Prinsip mengatur diri
– Disentisisasi sistemik
– Teknik bersantai
– Permodelan
d. Langkah-langkah konseling
Dryden & Neenan (2005) mengemukakan bahwa langkah-langkah terapi dapat dikelompokkan lagi berdasarkan tahapannya, yaitu awal, tengah, dan akhir.
Tahap awal (beginning stage)
Pada tahap pertama terapi diarahkan untuk membangun keakraban dan kesepahaman yang menjadi landasan kegiatan terapi berikutnya. Terdapat tiga langkah dalam tahap ini, langkah pertama adalah memapankan kesepakatan dalam terapi. Kesepakatan yang dimaksud meliputi kesepakatan berkaitan dengan keterikatan antara terapis dan klien (bond), penetapan tujuan(goals), dan tugas yang harus dilakukan terapis dan klien. Langkah kedua adalah terapis mengajarkan klien mengenai teori ABC. Cara yang baik dalam mengajarkan teori ABC adalah dengan metode didaktik dibandingkan dengan metode Socrates. Pada langkah kedua ini, terapis harus dapat membawa klien pada tiga insight utama (three main insight), meliputi; bahwa gangguan pada individu bukan disebabkan oleh peristiwa tetapi pikiran tentang peristiwa tersebut, individu terus bermasalah karena terus memelihara pikiran irrasional tersebut, cara mengatasinya adalah keluar dari pikiran irrasional tersebut dan menggantikannya dengan pikiran rasional.langkah yang ketiga adalah mendiskusikan keraguan klien berkenaan dengan pendekatan REBT. Klien yang ragu akan pendekatan REBT tentunya perlu terlebih dahulu diyakinkan dengan membenarkan salah konsep (miskonsepsi) mengenai REBT) apabila klien masih ragu, maka dorong klien untuk melakukannya dalam beberapa sesi, apabila masih ragu juga maka lakukanlah referral. Penting untuk dicatat bahwa bisa jadi klien tidak ragu dengan pendekatan REBT akan tetapi ragu dengan teknik yang digunakan terapis. Jika begitu, maka terapis perlu mencari teknik yang lebih tepat untuk kliennya.
Tahap tengah (middle stage)
Tahap kedua merupakan tahap yang banyak menyita waktu dan tenaga. Pada tahap ini terapis dan klien bekerja keras mengidentifikasi masalah, dan berupaya mengatasinya. Terdapat 10 langkah dalam tahap tengah ini. Langkah pertama adalah berdamai dengan banyaknya masalah yang dialami klien. Idealnya memang konselor focus membahas dan menuntaskan 1 masalah baru kemudian pindah pada masalah yang lain. Akan tetapi pada beberapa kondisi bisa tidak seperti itu. Untuk itu, maka konselor perlu mendiskusikannya dengan klien apakah perlu untuk menyelesaikan masalah tersebut dahulu atau melanjutkannya. Perlu diingat bahwa apabila memang perlu dibahas, maka terapis jangan memaksakan kembali ada masalah yang pertama. Langkah yang kedua adalah mengidentifikasi inti keyakinan irrasional. Pada langkah ini terapis melakukan eksplorasi. Langkah yang ketiga adalah membantu klien memahami mengapa ia memelihara keyakinannya yang irrasional. Terdapat 3 alasan, pertama mungkin karena ia senang dengan situasi dan kondisi dimana ia terus memelihara keyakinan irasional. Kedua, mungkin ia menghindari keyakinan irrasionalnya sehingga melakukan perbuatan yang berlawanan. Ketiga, bisa jadi pikiran irrasional tersebut tampak pada perbuatan yang merupakan kompensasi. Langkah keempat adalah mendorong klien terlibat dalam mengerjakan tugas di rumah. Tugas yang diberikan tentunya harus menantang tetapi tidak berlebihan, sesuaikan dnegan kemampuan klien. Tugas yang telah dikerjakan klien tentunya perlu untuk direview dalam sesi konseling. Langkah yang kelima adalah berdamai dengan hambatan dalam perubahan. Mungkin saja klien tidak mengerjakan tugas rumahnya sehingga perubahan tidak optimal. Untuk itu, maka terapis perlu berdamai dengan hambatan-hambatan yang ada dan mencari jalan keluar dari hambatan tersebut. Langkah yang keenam adalah mendorong klien untuk menjaga dan meningkatkan capaian terapetiknya. Langkah yang ketujuh adalah membuat generalisasi perubahan-perubahan psikoterapetik. Setelah klien mampu membuat generalisasi maka langkah yang kedelapan adalah menjadikan klien sehat secara psikologi. Artinya klien didorong untuk menggunakan capaian-capaian dalam terapi pada keadaan/situasi lain dalam hidup klien. Langkah kesembilan adalah menjadikan klien lebih dapat mengaktualisasikan diri. Dan langkah yang kesepuluh (terakhir pada tahap tengah) adalah mendorong klien untuk menjadi konselor untuk dirinya sendiri.
Tahap Akhir
Tahap akhir dalam proses terapi adalah tahap dimana konselor akan mengakhiri sesi konseling. Tahap ini memiliki dua langkah. Pertama adalah memberikan gambaran kepada klien mengenai bagaimana mencegah agar klien tidak mengulangi
kesalahannya. Dan kedua mengakhiri sesi konseling. Terdapat 5 keadaan prasyarat dimana konselor dapat mengakhiri sesi terapi, meliputi; 1. Sudah menginternalisasikan teknik REBT dan tampak adanya perubahan, 2. Kesuksesan pengentasan masalah dengan REBT berdampak pada area lain dalam hidup klien, 3. Klien berhasil mengidentifikasi, menantang, dan mengubah keyakinannya yang irrasional, 4. Membangun kompetesi dan kepercayaan diri menjadi seorang terapis bagi dirinya sendiri, dan 5. Setuju untuk mengakhiri sesi terapi
Hubungi WA: 081555616959.