IBHCenter

Indonesian Board of Hypnotherapy Official Website

  • Home
  • Blog
  • Member
    • Certified Hypnotist
    • Certified Hypnotherapist
    • Trainer
  • Jadwal Pelatihan
  • Renewal
  • login

METODE PSIKOTERAPI SUFISTIK

August 20, 2024 by Zea Ahmad Z, S.H., BSc.PSY., M.Ag, CHt, CPS, CI.

  1. Metode Psikoterapi Sufistik

Penyembuhan sufi merupakan sebuah tren baru di kalangan masyarakat modern yangtampaknya telah mengalami titik jenuh dengan berbagai pola orientasi material. Sebagian mereka mulai melirik dunia spiritual dalam bermacam-macam lini kehidupan, termasuk dunia kesehatan. Setelah sistem pengobatan medis dalam arti pengobatan dengan alat-alat canggih dan bahan-bahan kimia berkembang sedemikian rupa, namun pada kenyataannya tidak mampu menyelesaikan secara utuh persoalan-persoalan penyakit yang banyak diderita, maka orang kemudian beralih ke pengobatan yang bersifat alternatif spiritualistik. Kecenderungan ini terus berkembang mengikuti tren sufistik.

  1. Konsep Terapi Sufistik

Terapi adalah upaya pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan kondisi  psikologis.[1]Terapi dalam bahasa Inggris bermakna pengobatan dan penyembuhan, sedangkan dalam bahasa Arab, kata ini sepadan dengan الا ستشفاء yang berasal شفى – يشفى – شفاء yang mempunyai makna penyembuhan,seperti terdapat dalam firman Allah swt. yang memuat kata “syifa”: dalam QS. Yunus/10: 57. Yang artinya “Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”[2]

Ayat ini menegaskan bahwa al-Qur‟an adalah obat bagi apa yang terdapat dalam dada. Penyebutan kata dada yang diartikan dengan hati, menunjukkan bahwa wahyu–wahyu Ilahi itu berfungsi menyembuhkan penyakit-penyakit ruhani. Memang oleh al-Qur‟an hati ditunjuknya sebagai wadah yang menampung rasa cinta dan benci, berkehendak dan menolak, bahkan hati dinilai sebagai alat untuk mengetahui. Hati juga mampu melahirkan ketenangan dan kegelisahan serta menampung sifat-sifat baik dan terpuji.

Thahir Ibnu Asyur mengemukakan bahwa ayat itu memberi perumpamaan tentang jiwa manusia dalam kaitannya dengan kehadiran al-Qur‟an sebagai rahmat. Orang yang sakit adalah yangtidak stabil kondisinya, timpang keadaannya lagi lemah tubuhnya.[3]

Ayat di atas menunjukkan bahwa agama itu sendiri berisikan aspek terapi bagi gangguan jiwa. Namun bagaimanakah pelaksanaan dari proses terapi tersebut haruslah dilihat dari ajaran-ajaran Islam itu sendiri. Kebenaran al-Qur‟an dipaparkan bahkan dibentangkan dihadapan semua manusia. Ayat ini menyampaikan fungsi wahyu: Hai seluruh manusia, dimana dan kapanpun sepanjang masa, sadarilah bahwa sesungguhnya telah datang kepada kamu semua pengajaran yang sangat agung dan bermanfaat dari Tuhan Pemeliharaan dan Pembimbing yaitu al-Qur‟an al-Karim dan obat yang sangat ampuh bagi penyakit-penyakit kejiwaan yang terdapat dalam dada yakni hati manusia dan petunjuk yang sangat jelas menuju kebenaran dan kebajikan serta rahmat yang amat besar lagi melimpah bagi orang-orang mukmin.

Ketika menafsirkan QS. Yunus/10: 57, Quraish Shihab mengemukakan bahwa sementaraulama memahami bahwa-ayat-ayat al-Qur‟an dapat juga menyembuhkan penyakit-penyakit jasmani. Mereka merujuk kepada sekian riwayat yang diperselisihkan nilai dan maknanya, antara lain riwayat oleh Ibn Mardawaih melalui sahabat Nabi saw. bersabda: “Hendaklah engkau membaca al-Qur’an.” Riwayat dengan makna serupa dikemukakan juga oleh al-Baihaqi melalui Wai‟lah Ibn al-Ashqa‟. Sufi besar al-Hasan al-Bashri sebagaimana dikutip oleh Muhammad Sayyid Thanthawi dan berdasarkan riwayat Abu asySyeikh berkata: “Allah swt. menjadikan al-Qur‟an sebagai obat terhadap penyakitpenyakit hati dan tidak menjadikannya untuk penyakit jasamani.[4]Tanpa mengurangi penghormatan terhadap al-Qur‟an dan hadist-hadist Nabi saw., agaknya riwayat ini bila benar, maka yang dimaksud bukanlah penyakit jasmani, tetapi ia adalah penyakit ruhani / jiwa yang berdampak pada jasmani yang disebut psikosomatik. Memang tidak jarang seseorang merasa sesak nafas atau dada bagaikan tertekan karena adanya ketidakseimbangan ruhani. Thabathaba‟i memahami fungsi al-Qur‟an sebagai obat dalam arti menghilangkan dengan bukti-bukti yang dipaparkannya aneka keraguan/syubhat serta dalih yang boleh jadi hinggap dihati sementara orang. Hanya saja ulama menggaris bawahi bahwa penyakit-penyakit tersebut berbeda dengan kemunafikan atau kekufuran. Penyakit-penyakit kejiwaan adalah keraguan dan kebimbangan batin yang dapat hinggap di hati orang-orang beriman. Mereka tidak wajar dinamai munafik apalagi kafir, tetapi tingkat keimanan mereka masih rendah. Tidak diragukan lagi bahwa nilai-nilai ruhani memiliki peranan besar dalam menerapi jiwa.

Kata syifa’ biasa diartikan kesembuhan atau obat, dan digunakan juga dalam arti keterbatasan dari kekurangan, atau ketiadaan aral dalam memperoleh manfaat.[5]

Juga kata-kata "Syifa'" atau "Istisyfa" mengandung beberapa makna seperti:

Ahsana, artinya mengadakan perbaikan, Ashlaha, artinya melakukan perbaikan, Zakkaa, artinya mensucikan, membersihkan dan memperbaiki, Thahhara, artinya mensucikan dan membersihkan., Akhraja, artinya mengeluarkan, mengusir, membuang atau meniadakan., Syaraha, artinya menjelaskan, membuka, meluaskan dan melapangkan., Wadha'a'an, artinya hilangkan, cabutkan dan menurunkan., Ghafara, artinya menutupi, mengampuni, memperbaiki., Kaffara, artinya menyelubungi, menutupi, mengampuni dan menghapuskan, Naza'a, artinya mencabut, memecat, melepaskan dan menjauhkan.[6]Setelah kita mengerti mksud hati atau dada ini, dapatlah kita fahami tujuan al-Quran yang kedua, yakni bahwa al-Qur‟an mengandung satu obat bagi apa yang ada dalam dada sebab penyakithati kalau tidak segera diobati akan menjadi peyakit rohani dan jasmani, tubuh halus dan tubuh kasar.

Sakit hati memengaruhi sehingga badan menjadi sakit, jiwa sakit berlarut-larut sehingga segalanya sakit, maka dalam ayat ini, Tuhan bersabda: bahwa unsur kedua dari al-Qur‟an, selain berisi pengajaran adalah berisi suatu obat bagi yang dalam dada.[7]Oleh karena itu, terapi sufistik adalah pengobatan dan penyembuhan terhadap penyakit fisik, mental, atau kejiwaan, rohani atau spiritual dengan kerangka pemikiran tasawuf.[8]Terapi sufistik menyajikan sebuah gambaran yang berbeda tentang manusia dan kehidupannya. Berdasarkan pada visi yang sangat luas mengenai siapa dan apa manusia yang tidak terbatas pada sesuatu yang tampak saja dalam diri manusia, tetapi mencakup yang lebih luhur, lebih lembut dan tingkat-tingkat yang lebih kasat mata melampaui dunia fisik. Terapi sufistik (ath-thibb ash-shufi) bukan sekedar teori, tetapi juga bersifat praktis. Para sufitelah membuat rumusan tata cara menerapi penyakit jiwa bagi para pasien mereka, yaitu dengan cara menjelaskan kepada para pasien tersebut jalan menuju kesempurnaan jiwa dengan membangkitkan ruh keimanan dalam jiwa lemah, mengajak mereka untuk membersihkan hati/niat, memperkuat tekad, menyerahkan segala urusan kepada Allah swt. dan taqwa kepada-Nya, dan dianjurkan mereka untuk memenuhi jiwa dengan kejujuran, hati dengan ikhlasan, dan perut dengan barang-barang yang halal. Kemudian mengajak mereka untuk menerapi jiwa-jiwa yang resah melalui dzikir yang benar, yang dapat menentramkan jiwa yang lemah dan depresi.[9]

Orang yang sedang mengalami gangguan jiwa, apalagi sampai mengalami gangguan Psikosissudah sewajarnya untuk kembali kepada ajaran Islam. Terapi sufistik dengan menggunakan dasarpijakan dari nilai-nilai dan ajaran agama Islam, tidak hanya ditujukan untuk mengobati penyakitkejiwaan dalam kriteria mental psikologis-sosial, tetapi juga memberikan terapi kepada orang-orangyang “sakit” secara moral dan spiritual. Dengan demikian, terapi sufistik dengan cakupan yang lebihluas dapat mengantisipasi dan mengobati masalah gangguan jiwa manusia, baik dalam segi kejiwaanitu sendiri maupun segi moral-spiritual.Bagi kaum sufi, penyembuhan tasawuf telah dilakukan sejak mereka memasuki tahap al-Bidayah (permulaan), yaitu memasuki beberapa tahap kesufian, yakni takhalli (pengosongan jiwa darisegala sesuatu yang mulia), tahalli (pengisian jiwa dengan ketaatan), tajalli (menemukan apa yangdicari dan meng-aplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari). Kemudian mujahadah dan riyadhah,melalui maqamat dan ahwal. Lalu sampailah pada nihayah (akhir pencarian). Para sufi menamainihayah ini sebagai maqam terakhir, yaitu wushul (pencapaian), ihsan (perbuatan yang baik), ataufana‟ (ketidak kekalan). Orang yang telah sampai pada manzilah ini dinamakan ahl al-Irfan. Namunbagi orang awam, banyak jalan yang bisa ditempuh untuk melakukan terapi sufistik. Jalan-jalantersebut antara lain sama dengan apa yang dilakukan oleh kaum sufi, yakni dengan melalui cara berdzikir, shalat, dan membaca sholawat.[10]Cara-cara ini terbukti sangat ampuh dalam mengatasi berbagai penyakit. Tentu saja, dengan metode atau kaifiyah tertentu atau denganbimbingan seorang guru. Namun di sini penulis membatasi diri hanya beberapa metode terapi yang penulis sebutkan yaitu metode pertaubatan, metode dzikir, Shalat, Qiyam al-Lail dan Puasa.

 

  1. INABAH

Inabah adalah istilah yang berasal dari Bahasa Arab anaba-yunibu (mengembalikan) sehingga inabah berarti pengembalian atau pemulihan, maksudnya proses kembalinya seseorang dari jalan yang menjauhi Allah ke jalan yang mendekat ke Allah. Istilah ini digunakan pula dalam Al-Qur’an yakni dalam Q.S Luqman surat ke-31 ayat ke-15, Surat ke-42, Al-Syura ayat ke-10; dan pada surat yang lainnya[11].

 

Inabah menjadi metode bagi program rehabilitasi pecandu narkotika, remaja-remaja nakal, dan orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan yang ada di Tarekat QadiriyahWa Naqsabandiyah (TQN) sedangkan TQN adalah tarekat gabungan antara Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsabandiyah. Pendirinya adalah syeikh Ahmad Khatib Sambas yang mana beliau merupakan pemimpin Tarekat Qadiriyah pada masanya dan seorang syekh dari tarekat Naqsabandiyah. Dari kedua tarekat tersebut syeikh Ahmad Khatib Sambas membentuk tarekat baru yang bernama TQN.

 

Perkembangan dan penyebaran Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah di Indonesia terdapat lima pondok pesantren di Jawa yang sekarang menjadi pusat penyebaran TQN di Indonesia yaitu Pesantren Pegentongan di Bogor (Jawa Barat), Pesantren Suryalaya di Tasikmalaya (Jawa Barat), Pesantren Mranggen di Semarang (Jawa Tengah), Pesantren Rejoso di Jombang (Jawa Timur), dan Pesantren Tebuireng di Jombang (Jawa Timur).

 

Ajaran-ajaran dasar tasawuf dari sudut pandang praktik Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah diantaranya adalah zikir, talqin dan baiat, latha’if dan amalan TQN lainnya seperti latihan wajib rohani sehari-hari (dzikrullah sehari-hari), khataman, manakiban, dan khalwah (praktik penyendirian).

K.H.A. Shohibul Wafa Tajul 'Arifin (Abah Anom) menggunakan nama inabah menjadi metode bagi program rehabilitasi pecandu narkotika, remaja-remaja nakal, dan orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan. Konsep perawatan korban penyalahgunaan obat serta kenakalan remaja adalah mengembalikan orang dari perilaku yang selalu menentang kehendak Allah atau maksiat, kepada perilaku yang sesuai dengan kehendak Allah atau taat.

Dari sudut pandang tasawuf orang yang sedang mabuk, yang jiwanya sedang goncang dan terganggu, sehingga diperlukan metode pemulihan (inabah). Metode inabah baik secara teoretis maupun praktis didasarkan pada Al-Qur’an, hadits dan ijtihad para ulama

 


[1]J. P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), h 507.

[2]Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (DKU print, 2015)., h. 215.

 

[3]Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Volume: 6 (Jakarta: Lentera Hati, 2002). h. 103.

 

[4]Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Volume: 7., h. 532.

[5]Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Volume: 7., h. 533.

[6]Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Volume: 7., h. 533.

[7]Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru,2002), h. 231-236

[8]Gusti Abdurrahman, Terapi Sufistik untuk Penyembuhan Gangguan Kejiwaan (Yogyakarta:AswajaPressindo, 2010), h 5.

[9]Amir An-Najar, Psikoterapi Sufistik dalam Kehidupan Modern. ter. Ija Suntana (Jakarta: Mizan Publika, 2004), 180.

 

[10]M. Amin Syukur, Sufi Healing; Terapi dengan Metode Tasawuf (Jakarta: Erlangga, 2012), 72.

 

[11] INABAH https://www.suryalaya.org/inabah.html (diakses agustus 2021)

 

Filed Under: General

In memoriam Yan Nurindra

Certified Instructor of The Month May-2025

Lanny Kuswandi
No Anggota: 03954

lihat Profile

//Artikel Terbaru

  • Hipnoparenting: Mendengar Anak dengan Hati, Bukan Hanya Telinga
  • Don’t be Sad !
  • Dilema Ibu Hebat
  • Melatih Mindset Positif sebagai Upaya Membangun Ketahanan Spiritual Lansia di Masa Senja
  • Stop Racuni Pagimu!

//Jadwal Pelatihan

Advanced Hypnotherapy

16-Jun-2025 - Bandung

Drs. Budi Lukita, CHt., CTNLP., Akp

Detail

Advanced Hypnotherapy

16-Jun-2025 - Bandung

Deden Rizwan R, S.Pd.I., C.I, C.MT.

Detail

Basic Hypnotherapy

16-Jun-2025 - Tangerang

Bernartdous Sugiharto, S.S.T, CH, CHt, CPHt, CMH, CI, C.ESTher, CT. MTH, CT. NLMOR, CT NNLP, CT. PBL, CT. HLC

Detail

Basic Hypnotherapy

16-Jun-2025 - Sumedang

Roni Yanuar, CI.CT

Detail

Jadwal Lengkap

// News

// Our Network

logo-nca logo-nnlp

// The Indonesian Board of Hypnotherapy

Plaza Basmar Lantai 3
Jl. Mampang Prapatan Raya 106 Jakarta Selatan
Whatsapp: 0813-8100-0981 (Mey)
IBH is managed by Integra

© Copyright 2014 IBH Center · All Rights Reserved · Powered by Indonesia9 ·