Purwakarta – Kasus yang dianggap sebagai kesurupan sering kali terjadi di masyarakat, terutama di daerah yang masih kental dengan kepercayaan terhadap hal-hal gaib. Namun, tidak jarang fenomena tersebut sebenarnya adalah manifestasi dari beban batin atau stres yang berat.
Mengangkat kisah nyata seorang pemuda yang awalnya dikira kesurupan, tetapi setelah didekati dengan empati dan komunikasi yang baik, terungkap bahwa masalahnya adalah tekanan psikologis.
Pentingnya pendekatan holistik dan empati dalam menangani masalah mental, serta bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap hal gaib dapat memengaruhi persepsi mereka terhadap gangguan psikologis.
Pendahuluan
Di banyak masyarakat, terutama yang masih memegang kuat kepercayaan tradisional, fenomena kesurupan sering dianggap sebagai gangguan gaib. Padahal, banyak kasus yang tampak seperti kesurupan sebenarnya adalah manifestasi dari tekanan psikologis atau beban batin yang belum terselesaikan.
Artikel ini bertujuan untuk mengungkap kisah nyata seorang pemuda yang awalnya dikira kesurupan, tetapi setelah didekati dengan empati dan komunikasi yang baik, terungkap bahwa masalahnya adalah stres berat.
Kisah ini menjadi pelajaran penting tentang bagaimana pendekatan holistik dan empati dapat menjadi solusi efektif dalam menangani masalah mental.
Metode
Metode menggunakan pendekatan naratif berdasarkan pengalaman langsung penulis dalam menangani kasus yang dianggap sebagai kesurupan.
Data dikumpulkan melalui observasi langsung dan wawancara dengan pihak yang terlibat. Pendekatan komunikasi Ericksonian digunakan untuk membangun kepercayaan dan membuka dialog dengan pemuda tersebut.
Hasil dan Pembahasan
1. Kedatangan Pemuda yang Penuh Harapan
Pagi itu, seorang pemuda bernama Ahmad (nama samaran) datang menemui penulis dengan wajah penuh harapan.
Ia menceritakan tentang tetangganya yang diduga kesurupan. Berbagai upaya telah dilakukan, seperti ruqyah dan doa-doa khusus, namun tidak membuahkan hasil. Ahmad meminta bantuan penulis untuk menangani kasus tersebut.
2. Pendekatan dengan Kelembutan
Sesampainya di rumah pemuda yang diduga kesurupan, penulis memilih untuk tidak langsung melakukan ruqyah.
Sebaliknya, penulis mendekati pemuda tersebut dengan kelembutan, menyapanya dengan lembut, dan memijat pundaknya untuk membuatnya lebih rileks. Pendekatan ini bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan membangun kepercayaan.
3. Teknik Komunikasi Ericksonian
Penulis menggunakan teknik komunikasi Ericksonian, yaitu cara berkomunikasi yang membuat seseorang merasa nyaman untuk bercerita tanpa merasa ditekan.
Perlahan-lahan, pemuda tersebut mulai terbuka dan menceritakan masalahnya. Ternyata, ia bukan kesurupan, melainkan mengalami tekanan batin yang berat karena keinginannya tidak mendapat restu dari keluarga.
4. Bukan Kesurupan, hanya Stres
Setelah berbicara, pemuda tersebut terlihat lebih tenang dan lega. Napasnya menjadi lebih teratur, dan wajahnya yang semula tegang mulai rileks.
Kasus ini menunjukkan bahwa apa yang dianggap sebagai kesurupan sering kali adalah manifestasi dari stres atau beban batin yang belum terungkap.
5. "Ramuan Gaib" sebagai Solusi Psikologis
Untuk memenuhi ekspektasi masyarakat setempat yang masih percaya pada hal-hal gaib, penulis memberikan "solusi" berupa ramuan daun kelor yang diyakini dapat membersihkan energi negatif.
Faktanya, yang membuat pemuda tersebut sembuh bukanlah ramuan tersebut, melainkan rasa didengar, disentuh, dan dipahami.
Kesimpulan
Kisah ini mengajarkan bahwa banyak kasus yang dianggap sebagai kesurupan sebenarnya adalah manifestasi dari tekanan psikologis atau beban batin.
Pendekatan holistik dan empati, seperti mendengarkan dan memahami, dapat menjadi solusi efektif dalam menangani masalah mental. Selain itu, penting untuk memahami konteks budaya dan kepercayaan masyarakat dalam memberikan solusi yang sesuai.
Jangan ragu bagikan apapun kisahmu bersama hipnoterapis yang berpengalaman dan profesional.
Narahubung: Yodi Supriyadi
Referensi
1. Erickson, M. H. (1980). The Nature of Hypnosis and Suggestion. New York: Irvington Publishers.
2. American Psychological Association (APA). (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).
3. Kleinman, A. (1980). Patients and Healers in the Context of Culture. University of California Press.
4. Sapolsky, R. M. (2004). Why Zebras Don’t Get Ulcers: The Acclaimed Guide to Stress, Stress-Related Diseases, and Coping. Holt Paperbacks.
5. Winkelman, M. (2000). Shamanism: The Neural Ecology of Consciousness and Healing. Bergin & Garvey.