Memilih Pikiran-pikiran yang Tepat
Sering kali kita tidak menyadari adanya sebuah peperangan yang mengamuk di sekitar Anda, peperangan yang sangat luar biasa. Peperangan itu bukan untuk adu gengsi, perebutan kekuasaan, bukan memperebutkan sumberdaya alam, minyak bumi, gas, emas atau air. Peperangn ini sedang berkecamuk dalam pikiran Anda, berusaha memperebutkan pikiran Anda.
Sasaran utama musuh Anda adalah arena pikiran-pikiran Anda, yah arena pikiran bawah sadar Anda. Ia tahu benar, apabila ia berhasil menawan, mengendalikan dan memanipulasi cara berpikir Anda, ia akan sanggup mengendalikan dan memanipulasi seluruh kehidupan Anda. Pikiran menentukan tindakan, sikap dan citra diri, menentukan tujuan hidup Anda. Itulah sebabnya kita harus menjaga pikiran kita, kita harus berhati-hati tidak hanya tentang apa yang kita cerna melalui apa yang dilihat oleh mata dan apa yang didengar oleh telinga kita, namun juga dengan apa yang kita pikirkan. Jika Anda tinggal dalam pikiran-pikiran yang membuat depresi, Anda akan menjalani kehidupan yang penuh depresi. Jika Anda terus menerus menuju pikiran-pikiran negatif, Anda akan menemui orang-orang negatif, kegiatan, filosofi dan gaya hidup yang negatif. Kehidupan Anda akan selalu mengikuti pikiran-pikiran Anda.
Ibarat sebuah magnet, kita tertarik pada apa yang terus-menerus kita pikirkan. Jika Anda selalu memikirkan pikiran-pikiran yang positif, menyenangkan dan penuh sukacita, maka Anda akan menarik orang-orang yang menyenangkan, suka bergaul dan positif. Pikiran-pikiran kita juga sangat mempengaruhi emosional kita. Anda tidak akan pernah bahagia kecuali Anda lebih dahulu memikirkan pikiran-pikiran yang membahagiakan. Sebaliknya, mustahil untuk tetap terus putus asa kecuali Anda lebih dahulu memikirkan pikiran-pikiran yang membuat Anda putus asa. Begitu banyak keberhasilan atau kegagalan dalam kehidupan dimulai dalam pikiran-pikiran kita dan dipengaruhi oleh apa yang kita izinkan untuk mengendalikan kita.
Banyak orang tidak menyadarinya, tetapi kita dapat memilih pikiran-pikiran kita. Tidak seorangpun yang dapat membuat kita memikirkan sesuatu. Tuhan tidak mau melakukannya, musuh tidak dapat melakukannya. Andalah yang berhak untuk memutuskan apa yang akan Anda nikmati dalam pikiran-pikiran Anda. Jangan dikarenakan musuh menanamkan benih-benih pikiran negatif yang membuat putus asa dalam otak Anda tidak berarti bahwa Anda harus turut menyiraminya, memberikan pupuk, memeliharanya, memanjakannya dan terus menolongnya untuk terus bertumbuh dengan subur dan semakin berkuasa mengendalikan hidup Anda.
Tidak, Anda dapat memilih untuk membuangnya dan menyingkirkannya dari pikiran Anda. Tahukah Anda, bahwa pikiran kita mirip dengan sebuah komputer raksasa yang di dalamnya otak menyimpan setiap pikiran yang pernah dimiki. Itu memang membangkitkan semangat saat Anda berusaha menemukan barang kesayangan Anda yang tidak ada pada tempatnya, namun bukanlah berita baik jika Anda mempertimbangkan jumlah percabulan, bahasa kotor, konsep-konsep yang buruk dan hal-hal negatif lainnya yang membanjiri kita setiap hari dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun demikian, hanya karena suatu pikiran yang menghancurkan tersimpan dalam komputer mental Anda tidak berarti Anda harus menariknya dan menjalankannya pada layar utama pikiran Anda.
Jika Anda telah melakukan kesalahan tersebut dan mulai tinggal di dalamnya, pikiran tersebut akan terus mempengaruhi emosi, sikap Anda dan jika Anda terus menerus membiarkannya mengendalikan pikiran Anda, pikiran itu semakin tak terhindari lagi mempengaruhi tindakan-tindakan Anda. Anda akan lebih rentan untuk menjadi putus asa dan depresi, dan jika Anda terus merenungkan pikiran negatif itu, pikiran tersebut akan berpotensi menguras tenaga dan kekuatan langsung dari dalam diri Anda. Anda akan kehilangan motivasi untuk maju ke arah yang positif.
Semakin Anda tinggal dalam kebohongan-kebohongan musuh, semakin banyak sampah yang kita izinkan masuk kedalam pikiran Anda. Seolah-olah kita telah membiarkan pintu terbuka lebar dan menaruh sebuah tanda yang berbunyi: “Silahkan buanglah Sampah di Sini!”.