Saya inginmengajakAnda membacapeta.
Membaca peta? Apa tidaksalah?
Ya tidak salah. Karena kita terkadang bahkan sering menyalah artikan “peta” kita menjadi “peta” yang sama yang dimiliki orang lain. Ketahuilah teman, saudara kita, istri, suami, anak, teman, orangtua masing-masing memiliki “peta” sendiri-sendiri.
Masing-masing dari kita memiliki “peta mental” yang berbeda-beda tanpa kita sadari yang terbentuk dari apa yang kita lihat, kita dengar, kita rasakan, kita cium, dan kita kecap. Kalau ini kita pahami, kita pasti sadar bahwa “peta” kita tidak akan mungkin menjadi objektif.
Namun mau tak mau semua pengalaman hidup yang begitu privat ini membentuk peta tersendiri yang menjadi panduan kita dalam menjalani hidup. Dan karena sifatnya yang individual, “peta” ini jelas tidak akan sama untuk masing-masing orang karena sudah bercampur dengan persepsi.
Masalahnya, kita terkadang terlalu percaya dengan “peta” kita sehingga menilai dan membaca ”peta” orang lain berdasarkan “peta mental” kita. Inilah yang akhirnya menimbulkan gesekan, ketidaksesuaian, keributan, perceraian, sengketa dan lain-lain.
Ketika melihat video viral seorang anak kecil yang dibawa lari seseorang, peta kita mengatakan bahwa sedang terjadi penculikan. Tetapi tahukah kita apa sebenarnya yang terjadi? Apa kejadian sebenarnya?
Sadarilah teman, kita tidak sedang melihat apa yang terjadi. Kita hanya melihat apa yang kita pikir sedang terjadi.
Ketika seseorang melihat peta untuk mencari jalan, dia harus sadar bahwa gambar di peta itu sudah mengalami reduksi. Tidak mungkin peta menampilkan kenyataan sesungguhnya. Bahkan dengan menggunakan aplikasi dunia digital yang canggih pun seperti google map atau waze, kita masih sering dibuat tersasar.
Mari sekarang kita bercermin.
Apakah seseorang yang instagramnya penuh dengan foto-foto barang mewah berarti kaya raya? Apakah dia bahagia?
Seberapa sering kita mengucapkan kata-kata yang tidak simpatik kepada orang lain tanpa memikirkan perasaan orang itu?
Apakah perselisihan atau bahkan perpisahan yang terjadi dengan pasangan Anda karena salah dia atau salah Anda karena hanya mempercayai ‘peta” Anda? atau justru ini yang terbaik?
Apakah Anda perlu iri hati, dengki, marah-marah pada siapa saja karena malam Tahun Baru ini semua sosial media penuh dengan foto-foto liburan yang penuh kebahagiaan sedangkan Anda “hanya” makan lesehan sekeluarga sambil berdoa bersama?
Kalau peta Anda saja bisa salah dan tak sesuai realita, apalagi peta yang ada di sosial media. Jika ini masih kita lakukan saya harap kita bisa lebih meningkatkan tingkat keakuratan “peta” masing-masing dan mempercayai bahwa “peta” Anda tidak selalu benar.
Jangan terlalu percaya Anda yang paling benar. Anda sedang tidak melihat realita yang sebenarnya.