Usia tua identik dengan perubahan fisiologis yang berupa berkurangnya tingkat metabolisme, menurunnya kekuatan otot, menurunnya daya ingat, menurunnya daya tahan tubuh, menurunnya fungsi indra (pendengaran, penglihatan, penciuman dan perasa). Usia tua juga diartikan sebagai rentang usia seseorang yang mendekati dan melampaui angka harapan hidup. Menua secara usia itu adalah suatu kepastian. Namun tumbuh menua dan tetap tangguh di usia senja adalah sebuah pilihan bijaksana yang harus diraih.
Dalam 7 Dimensi Lansia Tangguh, kita mendapati bahwa dimensi spiritual ada pada urutan pertama. Tentu hal tersebut bukan tanpa sebab, karena sebagai warga negara yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, spiritualisme merupakan sumber keselarasan dan keseimbangan dalam menjalani kehidupan.
Diantara upaya untuk membangun ketahanan spiritual lansia di masa senja adalah dengan melatih mindset positif. Menurut Dr. Ibrahim Elfiky, mindset adalah sekumpulan pikiran yang terjadi berkali-kali di berbagai tempat dan waktu serta diperkuat dengan keyakinan dan proyeksi sehingga menjadi kenyataan yang dapat dipastikan di setiap tempat dan waktu yang sama.
Dalam buku “Aladdin Factor” karya Jack Canfield dan Mark Viktor disebutkan bahwa setiap hari manusia menghadapi lebih dari 60.000 pikiran. Satu-satunya yang dibutuhkan sejumlah besar pikiran ini adalah pengarahan. Jika arah yang ditentukan bersifat negatif maka sekitar 60.000 pikiran tersebut akan keluar dari memori ke arah negatif. Sebaliknya, jika diarahkan kepada hal yang positif maka sejumlah pikiran yang sama juga akan keluar dari ruang memori ke arah yang positif.
Sebuah penelitian di Fakultas Kedokteran San Fransisco yang dilakukan pada tahun 1986 menyebutkan bahwa lebih dari 80% pikiran manusia bersifat negatif. Hasil penelitian ini ternyata sejalan dengan dalil naqli yang tercantum dalam Qs. Yusuf : 53 yang menyebutkan bahwa nafsu cenderung membawa ke arah kejahatan.
إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوْءِ
“Sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan.” (Qs. Yusuf : 53)
Dengan hitung-hitungan sederhana, 80% dari 60.000 pikiran berarti setiap hari kita memiliki 48.000 pikiran negatif. Semua itu turut mempengaruhi perasaan, perilaku serta penyakit yang cenderung mendera fisik maupun mental seseorang. Maka dari itu, kita harus berhati-hati dalam memilih pikiran yang ada di benak kita.
Kemampuan seseorang (lansia) dalam mengelola jalan dan arah pikiran agar selalu positif merupakan bentuk pengamalan dari sebuah hadits qudsi yang menyatakan :
قال تعالى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِي، وَ أَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِيْ، فَإِنْ ذَكَرَنِيْ فِى نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِى نَفْسِيْ، وَ إِنْ ذَكَرَنِيْ فِى مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِى مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ. (متّفق عليه)
“Aku sesuai persangkaan hamba-Ku, Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku, jika ia mengingat-Ku saat sendirian, Aku akan mengingatnya dalam Diri-Ku, jika ingin mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada itu (kumpulan Malaikat).” (HR. Muttafaq ‘Alaih; Bukhari no. 6970 dan Muslim no. 2675)
Melatih mindset positif juga merupakan salahsatu upaya membangun ketahanan spiritual lansia yang bahkan selaras dengan pembangunan lansia pada dimensi intelektual, dimensi emosional dan dimensi fisik sekaligus. Karena jalan pikiran seseorang dapat mempengaruhi believe system (sistem kepercayaan) yang kemudian mempengaruhi setiap tindakan seseorang. Bila diuraikan prosesnya, maka sederhananya; pola pikir positif memancarkan energi penerimaan (syukur) dari seorang lansia (dimensi intelektual). Energi syukur menciptakan perasaan bahagia dan berdaya (dimensi emosional). Berikutnya, jiwa yang bahagia dan berdaya positif tentunya selalu berimbang dengan keadaan fisik yang segar, bugar dan tetap sehat waupun di usia senja.

