Hypnosis Membuat Diklat
Semakin Memikat, Dahsyat, dan Bermanfaat
Oleh : Supriyanto, CH,CHt,CI.*)
“Beny, (bukan nama sebenenarnya), merasa senang mendapatkan penugasan dari pimpinannya untuk mengikuti sebuah Diklat yang bertempat di Jakarta. Betapa tidak? Sudah hampir enam bulan ini, Beny belum mampu mengunjungi keluarganya di Bogor karena kendala yang klasik, jauhnya penempatan kerja dan mahalnya tiket untuk pulang. Belum lagi ditambah alasan sibuknya pelayanan di kantor serta terbatasnya pegawai di tempat itu. Ia begitu bersemangat menyambut penugasan mengikuti diklat itu dengan harapan ia punya kesempatan untuk singgah di rumahnya walau hanya beberapa saat untuk melepas kerinduan. Motivasi kedua adalah ia ingin menambah kemampuannya sehingga lebih dapat bermanfaat bagi kantornya.
Perjalanan dengan pesawat dan berkali-kalinya transit seakan memberi kesempatan kepada pikiran Beny untuk membayangkan bahagianya berkumpul keluarga di rumah. Sesekali ia juga memikirkan kira-kira apa yang akan dipelajarinya di tempat Diklat. Memang ia hanya tahu nama diklatnya, tempatnya, dan waktu pelaksanaannya. Ah, yang penting ikut diklat, menarik atau tidak urusan nanti saja.
Diklatpun dimulai, acara pembukaan yang kaku mengawali interaksi di dalam kelas. Beny baru tahu ternyata diklat ini memiliki materi yang cukup banyak. Suasana kelas juga membuatnya nyaman, dingin, bersih dan banyak teman yang sudah dikenalnya. Coffee break dan makan siang menjadi acara favorit untuknya. Suara pengajar yang merdu, intonasi yang monoton membuatnya segera memasuki ketenangan yang luar biasa dan membuatnya mulai tertanduk-tanduk. Demikian yang terjadi dari hari pertama sampai hari terakhir. Acara yang paling ditakutinya adalah Penutupan. Beny takut penutupan karena itu berarti ia harus segera kembali ke tempat tugasnya yang nun jauh di sana. Fokus pemikiran Beny adalah tetap pada jarak yang jauh dalam penugasan. Materi Diklat bukanlah menjadi perhatiannya, sekembalinya ke kantor ia pun akan tetap sama, tak berubah. Ketakutannya yang berikutnya adalah ia harus mempresentasikan hasil diklatnya kepada teman-teman di kantor padahal ia tidak memahami secara utuh materi diklat (untung sudah meng-copy materi dari fasilitator). Ia harus kembali ke rutinitasnya di ujung Indonesia. Huh…..sedihnya. “
Kondisi ideal sebuah Diklat
Kondisi seperti ilustrasi di atas ada di sekitar kita. Begitu banyak orang yang mengalaminya. Bayangkan jika lebih dari 40 % peserta Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) kita seperti Beny. Adakah kita peduli dengan kondisi diklat jika uang yang begitu besar dihabiskan untuk sebuah kegiatan yang disebut Diklat, ternyata menghasilkan orang-orang yang seperti Beny dan masih seperti Beny? Kondisi ini menggambarkan bagaimana sebuah Diklat yang dilakukan tidak memberi kesan. Kesan itu muncul ketika Diklat direncanakan dan dilakukan dengan baik.
Seorang teman pernah mengatakan bahwa sebuah Diklat yang dilakukan oleh sebuah lembaga Diklat adalah baik ketika sudah dilakukan sesuai dengan rancang bangun pembelajaran mata diklat (GBPP) dan dieksekusi dengan detail berdasarkan rencana pembelajaran (SAP). Kemampuan fasilitator dalam menyampaikan ‘pesan’ Diklat kepada peserta kemudian menjadi salah satu unsur utama penilaian dalam evaluasi keberhasilan Diklat. Banyak orang yang setuju dengan pendapat itu. Untuk memenuhi hal tersebut, perhatian kemudian bergeser kepada sosok fasilitator atau trainer-nya. Seorang fasilitator perlu mempelajari teknik mempengaruhi audience, membuat suasana kelas yang dinamis dan menarik, menyajikan tayangan dan menggunakan alat bantu yang mendukung. Demikian juga yang tak kalah pentingnya adalah gaya penyampaian yang tepat sesuai peta audience. Materi yang penting akan lebih mudah dipahami ketika dibawakan dengan menarik. Materi yang menarik akan lebih diingat ketika dibawakan oleh seorang fasilitator yang hebat dengan metode panyajian yang tepat dan memikat.
Sebuah Diklat yang dijalankan tentu saja merupakan hasil perencanaan yang menyeluruh. Kegiatan yang mengawalinya seperti analisis kebutuhan diklat, penyusunan rancang bangun dan rencana pembelajaran. Kemudian perlu juga sosialisasi Diklat kepada user yang menjadi target Diklat sampai dengan penyiapan pelaksanaan Diklat. Dalam kegiatan-kegiatan tersebut selalu dikedepankan semangat menciptakan alumni diklat yang kompeten atau semakin kompeten di bidang tertentu. Tidak bisa dipungkiri lagi maksud lembaga Diklat berupaya seperti itu adalah untuk membuat Diklat menarik untuk diikuti. Selain itu juga banyak peminatnya serta menghasilkan manfaat bagi peserta Diklat maupun unit organisasi tempat peserta bekerja. Tiga kata yang dapat mewakili keinginan ini adalah agar Diklat itu memikat, dahsyat dan bermanfaat. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencapai tiga kata itu adalah dengan menggunakan hypnosis.
Beberapa istilah pokok dalam hypnosis
Sebelum membahas lebih lanjut dari perlunya menghadirkan hypnosis di dalam Diklat, tentu saja kita perlu menyamakan pemahaman mengenai hypnosis. Hypnosis yang dipahami oleh kebanyakan orang adalah seperti gendam dan seperti tayangan yang dapat disaksikan di televisi. Sebagian lain berpendapat hypnosis merupakan kegiatan yang membuat tidur seseorang dan kemudian dilakukan hal-hal yang cenderung merugikan si korbannya seperti menanyakan hal rahasia, mengambil barang miliknya, atau bentuk kejahatan lainnya. Mari saya mengajak Pembaca yang budiman untuk mengesampingkan pemahaman yang keliru seperti itu. Untuk memberikan pengertian yang komprehensif mengenai ilmu ini tentu Pembaca yang budiman sepakat jika digambarkan sejarah dari hypnosis sebagaimana dapat dilihat dalam Gambar 1 berikut.
Gambar1
Sumber dari : http://ilmuhipnotis.org
Dalam gambar 1 dapat dilihat bahwa traditional hypnotism awalnya dikenalkan oleh Dr. James Braid, seorang dokter ternama di Inggris yang hidup antara tahun 1795–1860. Istilah hypnosis sendiri dikenalkan pada tahun 1842 dengan mengacu kepada disiplin ilmu neurypnology. Sebelum masa Jame Braid, hypnosis dikenal dengan nama mesmerism/magnetism. Tokoh yang mendalami ilmu tersebut adalah Dr. Franz Anton Mesmer, sehingga namanya diabadikan menjadi aliran dalam hypnosis. Saat ini juga masih semakin berkembang dengan istilah mesmerism, ancient hypnosis atau magnetism hypnosis. Perjalanan panjang dari ilmu ini sampai dengan saat ini telah melewati penelitian dan kajian yang bahkan melebihi 200 tahun.
Kata hypnosis sendiri berasal dari kata hypnos yaitu nama Dewa Tidur orang Yunani. Hal itulah yang kemungkinan menyebabkan orang memahami hypnosis dengan menidurkan orang. Kondisi hypnosis sendiri, menurut pengalaman Penulis, tidak sama dengan kondisi tidur. Orang yang sedang tidur tentu saja tidak dapat diajak berkomunikasi dengan baik, misalnya kita tanyakan kabarnya maka ia tidak dapat menjawab dengan tepat, kecuali ia harus bangun terlebih dahulu sebelum diberikan pertanyaan. Sementara itu orang yang dalam kondisi trance atau tidur hypnosis masih mampu mendengarkan suara-suara yang masuk ke dalam telinganya. Hal ini memungkinkan orang tersebut diajak berkomunikasi. Ia masih mampu merespon informasi atau ide yang diterimanya. Menurut penelitian para ahli mengenai tingkat kepekaan seseorang yang dalam kondisi tidur hypnosis adalah sembilan kali lebih peka dibanding keadaan sadar atau normalnya.
Istilah-istilah dalam hypnosis antara lain sebagai berikut:
Tabel 1 Beberapa istilah dan pengertian dalam hypnosis
Istilah |
Pengertian |
trance |
Kondisi ‘tidur’ hypnosis dimana otak/pikiran/alam sadar dinonkatikan dan otak/pikiran/alam bawah sadar diaktifkan |
Hypnosis |
ilmu untuk melakukan menghipnotis, cara menuju trance |
Hypnotist/Hipnotis |
Orang yang melakukan hipnosis atau “juru hypnosis”. |
terjemahan dari hypnotize (verb) yang artinya “melakukan hypnosis” |
|
Hypnotherapy |
aplikasi hypnosis untuk terapi penyembuhan suatu penyakit/trauma/kondisi yang tidak diinginkan |
Hypnotherapist |
orang yang ahli menggunakan hypnosis untuk terapi. |
Sugesti |
Perintah, ide atau saran yang diberikan hypnotis kepada subjek |
Subyek / Klien / Suyet |
orang yang dihipnosis |
Hypnosis didefinisikan dengan berbeda-beda oeh para ahli. Penulis merangkum pengertian hypnosis sebagai : kondisi seseorang yang mengalami keadaan dimana setiap informasi yang diberikan diterima seutuhnya tanpa terbantahkan, tanpa perlawanan dan tanpa kritikan. Fenomena yang dialami oleh orang itu dapat dalam kondisi menutup mata seperti tidur maupun dalam kondisi terbuka mata. Segala informasi yang diterimanya ketika mengalami kondisi yang disebut dengan trance ini dapat berlaku permanen atau tidak permanen tergantung cara penyampaian informasinya. Kondisi tersebut dapat dicapai oleh subyek apabila ia memiliki gelombang otak alpha atau tetha. Untuk dapat memahami gelombang otak berikut disajikan dalam Gambar 2.
Gambar 2 Spektrum Gelombang Otak
Sumber: http://hipnotisbagus.blogspot.co.id
Kondisi trance merupakan kondisi yang dituju oleh hypnotis agar dapat memasukkan ide, gagasan atau pesan ke alam bawah sadar subyek. Trance sendiri terbagi dua yaitu medium trance dan deep trance. Perbedaannya hanya pada kedalaman ‘tidur’ hypnosis seseorang. Secara garis besar manfaat dari hypnosis menurut Siregar (2014) adalah sebagai berikut:
- Relaksasi dan mengurangi ketegangan
- Fokus/konsentrasi
- Meningkatkan ingatan
- Meningkatkan kepercayaan diri
- Meningkatkan kualitas kehidupan rumah tangga
- Meningkatkan motivasi
- Meningkatkan hubungan antar pribadi
- Mengurangi kecemasan dan depresi
- Memperkuat sistem kekebalan tubuh atas serangan penyakit
- Mencegah kebiasaan yang merusak, termasuk fobia
- Meningkatkan kualitas pribadi dan kualitas hidup
- Menghilangkan insomnia
- Meningkatkan kesadaran spiritual.
Manfaat lainnya masih banyak lagi seperti memperkuat komitmen, meningkatkan kualitas komunikasi, meningkatkan kemampuan leadership, meningkatkan kemampuan public speaking, mengurangi atau bahkan menghilangkan stres bekerja, mengurangi berat badan atau sebaliknya, memperbaiki atau mengarahkan perilaku anak, untuk membantu persalinan, meningktkan prestasi olah raga, dan sebagainya. Dari manfaat-manfat tersebut menjadi semakin jelas pentingnya hypnosis dalam sebuah Diklat. Manfaat tersebut dapat diambil dan dinikmati oleh peserta, trainer atau fasilitator, bahkan lembaga diklat dan organisasi asal peserta Diklat.
Kehadiran hypnosis dalam Diklat
Sub judul di atas tentunya menimbulkan berbagai persepsi dalam benak para Pembaca yang budiman. Apakah saya harus menghypnosis orang di dalam kelas? Apa sih manfaat dari hypnosis dalam Diklat? Atau ah, tanpa hypnosis juga kelas saya sudah bagus, nilai evaluasi selalu di atas rata-rata. Sub judul di atas dimaksudkan untuk membawa persepsi kita yang berbeda-beda itu menuju tiga kata kunci yang para pembca sudah temukan di alinea terdahulu yaitu : memikat, dahsyat, dan bermanfaat.
Bagaimana agar sebuah diklat dapat memikat, dahsyat, dan bermanfaat? Para Pembaca tentunya sudah memahami bahwa banyak faktor terkait dengan hal tersebut. Beberapa diantaranya yang akan disampaikan dalam tulisan ini adalah faktor input berupa materi dan trainer atau fasilitator. Faktor lain yang akan diuraikan adalah how to deliver dari materi oleh trainer atau fasilitator. Pelatihan bagi para trainer atau fasilitator selama ini sudah sangat memadai, meski masih terus diperlukan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola kelas. Faktor ketiganya adalah peserta Diklat itu sendiri. Kemampuan daya serap, motivasi, dan willing to accept-nya penting bagi keberhasilan sebuah Diklat.
Beranjak dari pemahaman dalam uraian terdahulu dimana ketika kita ingin memasukkan ide, gagasan atau pesan ke alam bawah sadar subyek, dalam hal ini peserta Diklat, maka dapat dilakukan dengan cara kita membawa gelombang otak mereka ke alfa atau tetha dari kondisi normal yaitu gelombang beta. Agar trainer atau fasilitator mampu melakukan hal tersebut maka seorang trainer atau fasilitator sebaiknya memahami cara berkomunikasi dengan pikiran atau otak bawah sadar peserta Diklat.
Konsep pikiran manusia (human mind concept) ada dua yaitu conscious mind (pikiran sadar) dan subconscious mind (pikiran bawah sadar). Pikiran sadar dengan peran menurut The Indonesian Board of Hypnotherapy (IBH) sebesar 10%-12%. Ciri dari conscious mind ini selalu menggunakan nalar, logika, dan lebih bersifat analitis. Sedangkan pikiran bawah sadar justru merupakan bagian terbesar yaitu dengan peran 88%-90%, berisi data-data kebiasaan, emosi, kepribadian, persepsi, imajinasi, intuisi, visi, kreativitas, keyakinan (belief system), fungsi tubuh yang bekerja secara otomatis, serta long term memory.
Sekarang para Pembaca yang budiman semakin mengerti bahwa peran pikiran atau alam bawah sadar demikian besar. Sebagian besar perilaku manusia didorong oleh motif-motif yang tidak disadari. Besarnya pengaruh pikiran bawah sadar ini harus dikaitkan dengan proses pembelajaran. Informasi atau ide apa yang kita ingin masukkan ke alam bawah sadar peserta Diklat? Pemahaman tentang penganggaran misalnya. Begitu informasi itu masuknya di alam bawah sadar maka untuk mengakses kembali jauh lebih mudah dibanding ketika informasi hanya masuk ke alam sadar yang bersifat short term memory.
Baiklah sekarang semuanya menjadi semakin jelas, bahwa tiga hal yang diinginkan dari sebuah Diklat adalah knowledge, skill, dan attitude dari peserta Diklat yang semakin meningkat bukan? Upaya yang dilakukan untuk sangat efektif adalah memasukkan semua ide, gagasan, dan pesan ke alam bawah sadar peserta Diklat. Disinilah letak pentingnya kehadiran hypnosis dalam sebuah Diklat. Dampaknya dapat dibayangkan akan semakin dahsyat bagi pencapaian tujuan pembelajaran. Istilah yang kemudian dapat kita pergunakan bagi trainer atau fasilitator ini adalah mereka sangat perlu menguasai hypnosis yang dalam bagian kecilnya terdapat apa yang sering kita sebut dengan hypno teaching.
Bentuk Hypno Teaching
Dalam tulisan ini yang dimaksud dengan hypno teaching adalah pembelajaran atau cara mengajar dengan menggunakan unsur hypnosis, yaitu saat seseorang bisa menerima sugesti dengan mudah. Alamat tujuan dari materi yang disampaikan sudah sangat jelas dari uraian-uraian terdahulu yaitu ke alam bawah sadar peserta. Peserta tidak harus ditidurkan, tetap pembelajaran berjalan dengan normal namun dimasukkanlah teknik-teknik dan unsur-unsur hypnosis.
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai praktik hypno teaching, mari kita menyadari adanya memori yang sudah lama tertanam di alam bawah sadar kita. Ketika diminta meneruskan dengan spontan kalimat berikut atau menghubungkan sesuatu dengan seseorang, maka jawabannya adalah seperti yang ada di dalam kurung:
- Kita minum teh botol……………………………. (sosro)
- Batu baterai…………………………………………..(ABC)
- Menyelesaikan masalah tanpa……………… (masalah, milik Pegadaian)
- Sahabat yang super……………………………… .(Mario Teguh)
- Salam sukses luar biasa………………………… (Andre Wongso)
Mengapa dengan spontan kita bisa meneruskan atau mengaitkan kalimat tersebut dengan sesuatu? Karena kalimat-kalimat tersebut sudah masuk ke alam bawah sadar kita. Ketika di-recall, maka responnya sangat cepat. Itulah hebatnya alam bawah sadar ini. Sekarang kita bayangkan bagaimana jika materi yang kita sampaikan kepada peserta Diklat dengan mudah di recall seperti itu. Sebagai contoh kita menyampaikan materi tentang motivasi. Langkah kita memasukkan ke alam bawah sadar sebuah cerita inspiratif tentang semangat Dahlan Iskhan. Story telling itu kita pergunakan untuk memasukkan nilai juang. Penyampaian cerita itu digunakan unsur-unsur hypnosis sehingga masuknya adalah ke alam bawah sadar.
Bentuk-bentuk aplikasi hypno teaching
Dalam sebuah Diklat banyak sekali aplikasi hypnosis yang sebenarnya kita sudah pergunakan. Setiap cara memiliki makna dan tujuan. Kegiatan-kegiatan yang kita lakukan dengan benar akan membuat pembelajaran dalam Diklat menjadi semakin memikat. Peserta juga akan menilai kelas yang kita kelola menjadi semakin dahsyat sehingga enggan untuk beranjak dari kursinya. Tentu saja Pembaca yang budiman yakin ketika materi yang dikemas baik, disajikan menarik, dirasakan penting oleh Peserta itu akan membuat Diklat semakin bermanfaat. Berikut beberapa bentuk aplikasi hypno teaching. Sebelum menyimak uraian berikut, saya persilahkan Pembaca yang budiman mengambil posisi yang paling santai agar dapat menikmati dengan lebih dalam lagi.
a.Building rapport
Bagi praktisi hypnosis atau Neuro Linguistic Programming (NLP), istilah building rapport ini merupakan istilah yang tidak asing lagi. Arti dari istilah ini adalah menciptakan kedekatan atau keakraban dengan peserta Diklat. Kegiatan ini merupakan salam pembuka dari seorang trainer atau fasilitator yang berupa percakapan biasa, perkenalan, atau sapaan. Dalam istilah lain orang sering menyebutnya dengan pre-talk atau basa basi. Kegiatan ini merupakan pemberian kesan pertama yang menentukan keberhasilan dalam proses pembelajaran selanjutnya. Jika upaya building rapport tidak dapat dikuasai maka komunikasi selanjutnya akan dirasakan lebih berat untuk dikembangkan. Seperti kata iklan “kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda.”
b.Motivation
Sebagai seorang trainer atau fasilitator, sebelum menyampaikan materi perlu ‘meraba’ lebih dalam motivasi yang dimiliki oleh peserta Diklat. Bayangkan jika seorang trainer dapat mengetahui gambaran besar mengenai apakah peserta Diklat hanya duduk di kelas karena penugasan, keinginan sendiri, atau ada motivasi lain. Ada yang berpendapat bahwa tugas trainer atau fasilitator hanyalah mengajar, menyampaikan materi dengan tuntas dan tugasnya selesai. Trainer atau fasilitator yang profesional akan melihat motivasi pesertanya. Setelah gambaran diperoleh maka tugas trainer atau fasilitator adalah meluruskan motivasi yang kurang sejalan. Kemampuan hypnosis trainer atau fasilitator teruji disini. Dengan waktu yang cukup, fasilitator atau trainer membuka sebuah pembelajaran sekaligus menyatukan tujuan dan mensinkronkan motivasi peserta. Kondisi ini akan mempermudah pengelolaan kelas berikutnya.
c.Pacing
Bentuk kedua hypno teaching setelah motivasi adalah pacing. Fasilitator atau trainer menyamakan gerak tubuh, bahasa, gelombang otak peserta dengan peserta lain dan dengan fasilitator atau trainer sendiri. Pacing sendiri dapat dilakukan dengan matching dan mirroring. Matching ini dilakukan dengan menyamakan gerakan dan gaya bicara lawan bicara. Sedangkan mirroring merupakan tindakan yang memberi kesan lawan bicara melihat dirinya seperti di cermin. Tujuan dari pacing ini adalah membuat peserta Diklat merasakan kenyamanan. Ketika peserta sudah merasa nyaman, maka pembelajaran akan menyenangkan baik bagi peserta maupun trainer atau fasilitator.
d.Leading
Leading ini merupakan lanjutan dari pacing. Ketika dalam proses pacing menghasilkan kenyamanan peserta, maka selanjutnya adalah mengarahkan atau memimpin pikiran peserta memasuki area pembelajaran yang menyenangkan. Dengan demikian peserta akan dengan suka rela dan gembira melakukan setiap arahan dari trainer atau fasilitator mereka.
e.Ice breaking dan energizing
Pembaca yang budiman pasti sepakat dengan pentingnya sebuah ice breaking dalam pelatihan. Ice breaking sangat efektif untuk mencairkan suasana kelas. Demikian juga dengan energizing sangat efektif untuk mengembalikan semangat belajar peserta Diklat. Dari perspektif hypnosis, ice breaking and energizing are the pattern of hypnosis. Mengapa demikian? Pembaca sudah sangat memahami empat gelombang otak yang diuraikan terdahulu. Kondisi seseorang yang bahagia, emosinya terluapkan, maka itu mampu membawa turun gelombang dari beta ke alfa. Suasana kelas yang menyenangkan itu membawa peserta Diklat masuk ke gelombang Alfa. Dengan membawa lebih rileks lagi maka peserta membuka critical area nya dan mengijinkan materi masuk ke alam bawah sadar. Ketika materi sudah masuk ke alam bawah sadar maka dampak dari pelatihan itu akan sangat luar biasa.
f.Anchoring
Ada beberapa anchoring atau penjangkaran yang dapat dilakukan dalam pembelajaran. Pertama adalah visual anchor, contohnya adalah senyuman itu anchor dari keramahan, itikad baik, rasa bersahabat. Ketika itu digunakan di dalam kelas maka terdapat kecenderungan senyum yang diberikan trainer atau fasilitator akan dibalas dengan persepsi seperti disebutkan di atas. Kedua adalah kinesthetic anchor yaitu seperti perasaan bahagia ketika bertemu orang yang dicintai. Aplikasinya dalam Diklat adalah bagaimana kita memberikan kesan yang sangat baik sehingga peserta Diklat akan merasa bahagia ketika bertemu dengan trainer yang dikaguminya dan dicintainya. Betapa indah rasanya memiliki Diklat yang kemudian membuat fasilitatornya dirindukan oleh peserta Diklat. Kemudian yang ketiga adalah auditory anchor, sangat mudah dilakukan namun belum tentu semua trainer atau fasilitator mau melakukannya. Caranya adalah dengan menyebutkan nama dari Peserta Diklat, pada saat mengajar, menjawab pertanyaan maupun ketika bertanya. Siapapun termasuk Pembaca yang budiman tentu merasa nyaman dan dihargai ketika dipanggil namanya dengan lembut. Jenis keempat adalah olfactory anchor yang ditandai dengan bau atau wangi-wangian. Misalnya dengan aroma tertentu di kelas yang dapat membantu membuat rileks peserta Diklat. Terakhir adalah gustatory anchor yang dimunculkan dengan mengecap rasa dengan lidah. Kemungkinan besar ini tidak dapat dilakukan dikelas kecuali penyediaan permen atau sejenisnya.
g.Modeling
Modeling merupakan sebuah proses memberi teladan atau contoh melalui ucapan dan perilaku trainer atau fasilitator yang konsisten. Hal ini sangat perlu dan menjadi salah satu kunci hypno teaching. Setelah peserta Diklat menjadi nyaman dengan kita, maka perlu pula kepercayaan (trust) peserta pada trainer atau fasilitator yang dimantapkan dengan perilaku kita yang konsisten dengan ucapan dan ajaran kita. Konsekuensi bagi trainer, ia harus selalu menjaga ucapan dan perilaku karena menjadi sosok yang dipercaya.
h.Persuasive communication
Pada dasarnya alam bawah sadar menyimpan memori apa saja dan yang dapat diakses kembali. Kemudahan untuk mengakses kembali informasi tersebut tergantung dari kesan atau maknanya di dalam hidup seseorang. Keberhasilan seorang trainer atau fasilitator dalam mempengaruhi peserta tergantung bagaimana ia mampu memancing reaksi emosional dari peserta. Salah satu hal yang penting dalam pembelajaran adalah adanya ‘reward and punishment’. Pujian merupakan reward peningkatan harga diri seseorang. Pujian merupakan salah satu cara untuk membentuk konsep diri seseorang. Dengan pujian maka sisi emosional peserta menjadi tersentuh dan akan memudahkan mengakses kembali suasana nyaman ketika dipuji. Teknik yang digunakan dalam komunikasi ini ada beberapa diantaranya dengan kita masuk ke ‘dunia’ peserta, kita membicarakan kesukaannya, atau menjadi seseorang yang dibutuhkan peserta. Pola bahasa yang digunakan dalam pembelajaran adalah hypnotic language pattern. Pola ini sebenarnya bertujuan memberikan arahan atau perintah tanpa orang yang diajak bicara merasa diperintah. Kalangan praktisi hypnosis dan NLP tentu sudah tidak asing dengan Milton Erickson. Pola bahasa yang kemudian dikenal dengan Milton model inilah yang kita gunakan. Prinsipnya adalah kita menggunakan kalimat yang dibuat dengan pola tertentu sehingga pendengar akan mencari informasi selengkapnya atau akan menghubungkannya dengan sesuatu informasi yang memang sudah tertanam di alam bawah sadarnya. Sebagai contoh kalimat berikut:
- Begitu banyak metode kreatif yang Anda dapat lakukan sebagai trainer ketika Anda menguasai teknik hypnosis. (nominalizations)
- Saat ini sepenuhnya Anda mencurahkan perhatian kepada tulisan ini. (universal quantifiers)
- Semakin Anda memperhatikan tulisan saya ini menyebabkan Anda semakin memahami pentingnya hypnosis dalam Diklat. (causal modeling)
- Saya tahu Anda ingin mencoba beberapa teknik dalam tulisan ini dalam kelas Anda dengan segera. (mind reading)
- Diklat yang menarik dan bermanfaat adalah idaman setiap peserta Diklat. (lost performative)
- Sebelum saya menjelaskan lebih lanjut mengenai hypno teaching, saya persilahkan Anda mengambil posisi duduk yang paling nyaman saat ini. (presupposition)
- Pertama-tama rasa puas akan materi yang Anda sampaikan dapat dikenali dari bahasa tubuh peserta Diklat. (ordinal numerals)
- Lebih nyaman mana untuk Anda, belajar hypnosis langsung dengan saya atau online di web saya? (use of or)
- Tahukah Anda, saat ini Anda sudah masuk dalam medium trance ketika membaca tulisan ini? (awareness predicate)
- dan masih banyak pola-pola lain sebagainya.
i.Relaxation
Salah satu bentuk hypnosis yang dapat diaplikasikan di kelas Diklat adalah relaksasi. Prinsipnya adalah menggunakan spectrum gelombang otak di Gambar 2. Trainer atau fasilitator menggunakan teknik-teknik relaksasi untuk peserta Diklat sehingga gelombang otak peserta menjadi rileks bukan tidur. Pemilihan teknik ini harus berhati-hati karena tidak semua peserta memiliki kebutuhan indrawi untuk rileks yang sama. Penggunaan iringan musik merupakan salah satu alternatif yang baik. Musik akan menjaga otak pada gelombang tertentu. Pembaca yang budiman pasti dapat merasakan pengaruh musik di otak kita. Memang dibutuhkan keahlian khusus dalam memilih musik yang tepat. Selain itu tentu saja kita pernah mengalami adanya aroma tertentu yang dapat membawa kita menjadi semakin rileks. Sekali lagi, alat bantu ini harus benar-benar dipertimbangkan sebelum digunakan. Teknik yang lain adalah dengan hypno training yang dapat dilakukan dengan gerakan-gerakan tertentu dari peserta dengan dipandu oleh trainer atau fasilitator.
Kesimpulan
Banyak cara yang dilakukan oleh lembaga Diklat untuk membuat peserta Diklat merasakan ketertarikan akan diklat dan kepuasan atas pelaksanaan Diklat. Begitu kita paham akan bagaimana cara membuat peserta puas maka kita semakin yakin Diklat yang kita buat menjadi bermanfaat. Gambaran mengenai cara kerja hypnosis membuat kita bertambah jelas bahwa hypnosis dibutuhkan di dalam sebuah Diklat. Aplikasi kecil dari hypnosis dalam Diklat kita mengenalnya dengan hypno teaching. Alam bawah sadar peserta Diklat adalah alamat yang menjadi sasaran penyampaian materi, ide, pesan dan gagasan yang disampaikan dalam Diklat. Dengan mempraktikkan beberapa bentuk hypno teaching, Diklat yang kita lakukan bukan hanya menjalankan business as usual, namun bahkan meningkat dalam kualitasnya. Ketika Diklat menjadi memikat, dahsyat serta bermanfaat maka BPPK menjadi semakin dibutuhkan oleh user. Dengan semakin banyak melayani user yang merupakan lading ibadah kita, maka kita yakin bahwa amal kita semakin banyak dan hidup kita menjadi semakin berarti.
Referensi
Hajar, Ibnu, Hypno Teaching: Memaksimalkan Hasil Proses Belajar-Mengajar dengan Hipnoterapi, Yogyakarta: Diva Press, 2011.
Siregar, Eric, Dahsyatnya Kata-Kata : Menghipnosis itu sangat mudah, Jakarta: SaLaris Publisher, 2014
The Indonesian Board of Hypnotherapy, Student Manual : Basic Hypnotherapy, Juni, 2015.
Triyono, Gelombang Otak, http://hipnotisbagus.blogspot.co.id
Yudiantara Putu, Hitler Effect: Menakhlukkan & Menguasai Orang Lain Semudah Menjentikkan Jari, Transmedia Pusaka, Jakarta, Cetakan Keempat, 2013
—. What is hypnosis? http://ilmuhipnotis.com
*)Widyaiswara Madya Balai Diklat Kepemimpinan Magelang
(pemegang sertifikat hypnosis, hypnotherapy dan Certified Instructor aktif dari The Indonesian Board of Hypnotherapy).