Dalam pengalaman praktik hipnoterapi, sering ditemui situasi di mana perubahan positif tidak berlangsung optimal. Bukan berarti metode yang digunakan salah, melainkan karena fokus terapi diarahkan pada bagian diri (personality part) yang bukan merupakan sumber utama masalah.
Sering kali, bagian diri yang muncul pertama kali hanyalah “si pelapor” — bagian yang menceritakan keluhan, tetapi bukan penyimpan luka atau trauma yang sebenarnya. Akibatnya, meskipun sesi berlangsung, hasil yang diharapkan tidak sepenuhnya tercapai.
Saya merasa beruntung pernah mempelajari Resource Therapy dari Resource Therapy International yang dirumuskan oleh Dr. Gordon Emerson, seorang psikolog klinis asal Australia. Teori ini menekankan bahwa manusia tidaklah terdiri dari satu kepribadian yang homogen, melainkan dari berbagai parts of personality dengan fungsi dan peran yang berbeda. Pendekatan ini sejalan dengan pandangan psikologi modern yang mengakui adanya keragaman ego state dalam diri seseorang.
Menurut Emerson (2013), kepribadian manusia terbentuk dari sejumlah resource states atau ego states. Setiap state dapat memegang kendali kesadaran dalam konteks tertentu. Ada state yang berfungsi sebagai pelindung, ada yang berperan sebagai pengkritik, dan ada pula yang membawa memori traumatis.
Ketidakseimbangan psikologis muncul ketika salah satu bagian diri tersebut terjebak dalam pengalaman negatif yang belum terselesaikan.
Dalam sesi hipnoterapi, sering kali yang pertama kali berbicara adalah reporter part—bagian diri yang hanya melaporkan masalah, misalnya dengan pernyataan, “Saya tidak bisa rileks” atau “Saya sering diliputi kecemasan.” Namun, bagian yang benar-benar menyimpan rasa takut, trauma, atau luka emosional bisa saja berbeda dari reporter tersebut.
Di sinilah letak keterampilan penting seorang hipnoterapis: mampu membedakan antara reporter part dan problem part. Jika hanya menangani bagian pelapor, akar persoalan tetap tertutup, sehingga hasil terapi tidak maksimal. Sebaliknya, ketika hipnoterapis berhasil menemukan dan bekerja langsung dengan problem part, maka proses penyembuhan berlangsung lebih dalam, menyentuh inti masalah, dan menghasilkan perubahan yang nyata.
Dalam praktik pribadi, saya selalu menekankan pencarian akar masalah dengan menjangkau bagian diri yang benar-benar membutuhkan resolusi. Menyembuhkan problem part inilah yang membawa klien menuju transformasi emosional yang lebih utuh. Dengan pemahaman ini, hipnoterapi tidak hanya menjadi alat intervensi, tetapi juga jalan menuju pemulihan yang efektif, tepat sasaran, dan berkelanjutan.
Salam
Aditya Lesmana