Kearifan Lokal
Mari kita renungkan sejenak…apa yang terjadi apabila kata kata tidak ada artinya..???? apa yang terjadi apabila didunia ini tidak ada sarana komunikasi antar manusia…?????
Kearifan dan kebijaksanaan nenek moyang kita sungguh luar biasa, dengan menemukan sebuah metode atau alat untuk komunikasi antar manusia. Pada jamannya mungkin manusia amat sangat kesulitan dalam mengungkapkan apa yang dirasakan ataupun apa yang ingin disampaikan kepada sesamanya agar masing masing manusia bisa saling mengerti dan memahami. Dengan kearifanya dan kebijaksanaanyalah manusia jaman dahulu membuat simbol simbol yang diakui bersama sebagai sarana untuk memahami dan menyampaikan sesuatu. Simbol simbol inipun dalam perkembanganya mengalami banyak perubahan. Di berbagai negara ada yang menyampaikan pesannya dengan membuat gambar gambar apa yang dilihatnya, atau membuat simbol simbol berupa benda benda yang dimaksudkan untuk menyampaikan sesuatu agar mereka saling bisa memahami. Di Indonesia nenek moyang kita membuat simbol simbol dalam berbagai jenis sebagai alat untuk menyampaikan pesan kepada generasi penerusnya. Huruf jawa adalah simbol simbol hasil kearifan lokal yang mempunyai makna yang mendalam, dan juga dapat dipergunakan untuk menyampaikan apa yang dipahami oleh mereka pada jamanya agar sampai kepada manusia sesudahnya. Sebagai sarana atau alat komunikasi.
Huruf jawa mengalami beberapa kali perubahan dalam perbaikan yang pada akhirnya huruf jawa dapat kita lihat sebagaimana yang telah sering kita lihat.
Merupakan ajaran yang digali dari “kedalaman” MAKNA AKSARA JAWA
Aksara jawa terdiri dari 20 ( dua puluh ), susunan penulisannya berjajar dalam 4 baris dari kiri kekanan dan setiap baris terdiri dari 5 aksara :
HA NA CA RA KA
DA TA SA WA LA
PA DA JA YA NYA
MA GA BA TA NGA
Dengan pendalaman makna aksara jawa secara satu persatu, serta mendalami makna pada setiap barisnya akan terungkap suatu ajaran tentang hidup manusia dan hubunganya dengan TUHAN.
Susunan dan arti dari aksara jawa pada setiap barisnya adalah sebagai berikut :
Aksara jawa pada baris pertama :
HA NA CA RA KA
HA, menunujuk pada kata HURIP, yang berarti hidup yang merupakan sifat awal dan sifat dasar manusia. Seandainya tidak ada hidup pada diri manusia maka manusia itu sendiri tidak ada, manusia ada karena mansia itu hidup.
NA, menunjuk pada kata HANA yang berarti ada dan mengungkapkan bahwa HA yaitu hidup menjadi ADA secara konkrit pada waktu HIDUP mendapatkan perwujudan WADAG yang nyata. Jadu aksara HANA merupakan perpaduan yang menunjuk kepada situasi awal dari kehidupan manusia yang terjadi karena HIDUP telah menemukan perwujudannya ( WADAG ). Situasi awal ini terjadi dialam kandungan atau alam Purwo, terjadu tergantung atas kekuasaan Tuhan semata.
Hanya Tuhan yang memberi hidup sehinga Tuhan disebut GUSTI KANG MURBENG GESANG, yang mengawali, menguasai dan mengakhiri kehidupan manusia.
Jadi menurut kodratnya sejak awal manusia tergantung kepada TUHAN, sejak situasi dari hidup manusia TUHAN telah menjadikannya, berarti HAKEKAT TUHAN telah tertanam di dalam kodrat manusia.
Sejak awal kodrat kehidupan didalam kandungan telah terjalin hubungan dan pertemuan antara hakekat TUHAN dan manusia. Kenyataan tersebut untuk selanjutnya membawa akibat ( implikasi ) bahwa manusia sesuai dengan SIFAT HAKEKATNYA harus ELING, PERCAYA, MITUHU kepada TUHAN yang telah memberi awal atas kehidupan manusia, oleh karena itu MANUSIA selalu berada di dalam ketergantungan dan keterikatan kepada TUHAN secara terus menerus.
CA, menunjuk kepada kata CIPTA yang merupakan daya akal budi, daya pikiran dan penalaran pada manusia ( daya oognitif intelektual ).
RA, menunjuk kepada kata rasa yaitu perasaan yang sebetulnya mempunyai pengertian yang lebih mendalam dari sekedar pengertian panca indra. Kata rasa menunjuk kepada adanya daya efektif manusia.
Ka, menunjuk kepada kata KARSA yaitu kehendak, kemauan yang mengungkapkan adanya daya imajinasi dalam kehidupan manusia.
Dengan demikian aksara jawa CA RA KA menungkapkan kata CIPTA, RASA, KARSA yang mengandung arti bahwa CIPTA,RASA, KARSA merupakan bekal yang diberikan TUHAN kepada manusia pada saat manusia dilahirkan ke dunia ini, masuk ke alam madya, agar supaya manusia dapat berkembang di dalam hidupnya setelah manusia itu dilahirkan. CARAKA sebagai sarana untuk menjadikan hidup manusia atas dirinya sendiri di dunia, di alam madya ini.
Rangkaian aksara jawa HANA mempunyai makna yang menunjuk pada situasi awal dari hidup manusia dan sesudah manusia dilahirkan kedunia yang berarti manusia memasuki situasi selanjutnya, untuk dapat hidup bermasyarakat dan membuat sejarah hidupnya. Untuk itu TUHAN memberikan kelengkapan kepada hidup manusia berupa cipta, rasa dan karsa yang mengandung penegrtian bahwa sesudah manusia dilahirkan akan tetap berhubungan dengan hakekat TUHAN yang telah menjadikannya sejak awal. Manusia akan tetap terus menerus membawa sifat ketergantungannya dengan TUHAN walaupun dengan cipta,rasa dan karsanya manusia wajib menjadikan dirinya sendiri di dunia ini, namun keterikatan perjanjian dengan TUHAN tetap ada.
Baris kedua dan ketiga aksara jawa
DA TA SA WA LA
PA DA JA YA NYA
DATA SAWALA, menunjuk kepada kalimat yang bermakna DAT kan TAN SUWALA yang mengajarkan bahwa SIFAT hakekat manusia itu dijadikan oleh TUHAN adanya, dan pada dasarnya manusia tinggal menerima adanya kodrat tersebut.
Dalam kodrat manusia yang diciptakan oleh TUHAN terdapat dua hakekat yang membentuk dan selalu mempengaruhi hidup manusia itu sendiri. Hakekat TUHAN sejak awal telah bertemu dan membentuk hidup manusia yang berlangsung terus menerus sampai manusia dilahirkan dan menjalani hidupnya, bermasyarakat dan membuat sejarah kehidupanya. Oleh karena itu hidup manusia di dunia selalu mengalami ketegangan eksistensial yang terus menerus antara SIFAT HAKEKAT TUHAN dan SIFAT HAKEKAT MANUSIA, antara SIFAT HAKEKAT YANG BAIK dan SIFAT HAKEKAT yang tidak baik. Dua kekuatan ini sama sama membentuk dan mempengaruhi hidup manusia dan kenyataan inilah yang diungkapkan oleh baris ketiga PADA JAYANYA, yaitu sama sama kuatnya.dengan bekal cipta, rasa dan karsa serta perjanjia TRIPURUSA ( eling, percaya, mituhu ) kepada TUHAN, manusia wajib menentukan pilihanya diantara kekuatan yang sama kuatnya, yaitu antara hakekat baik dan hakekat tidak baik. Manusia hidup didunia ini merupakan suatu pilihan eksistensi yang terus menerus, karena kedua hakekat tersebut sama sama mempengaruhi kehidupan manusia, oleh sebab itu belum tentu manusia akan memilih hakekat yang baik baik saja, atau sebaliknya.
Dengan menggunakan bekal cipta,rasa, karsa disertai dengan sikap eling, percaya dan mituhu kepada TUHAN maka manusia didalam ketegangan eksistensial akan menentukan pilihan pada hakekat yang baik, mengembangkan hidupnya sesuai dengan harkat martabat kemanusiaannya bahkan secara terus menerus menyempurnakan kemanusiaanya. Manusia harus selalu ingat ketergantungannya dengan TUHAN dalam arti manusia harus percaya kepada TUHAN oleh karena itu manusia haru selalu mohon petunjuk kepada TUHAN dalam menghadapi hidup dan kehidupanya di alam ini.
Baris keempat atau baris yang terakhir:
MA GA BA THA NGA
MA, menunjuk kepada kata SUKSMA yaitu JIWA
GA, dalam aksara jawa menjadi simbol angka satu sehingga aksara GA menunjuk kepada kata SATU atau TUNGGAL dan gabungan antara aksara MA dan GA berarti SUKSMA kang MANUNGGAL yaitu suksma yang telah menyatu.
BA, menunjuk kepada kata badan yaitu wadag atau kewadagannya manusia hidup. Jika dikaitkan dengan dua aksara sebelumnya maka semuanya menunjuk kepada KEMANUNGGALAN SUKSAMA DENGAN BADAN.
THA NGA, terutama jika dikaitkan dengan aksara BHA maka akan menunjuk pada kata BATHANG yang berarti jenazah yaitu situasi dimana manusia telah meninggal dunia, atau badan telah ditinggalkan oleh yang HIDUP.
Makna yang sesungguhnya adalah bahwa baris keempat ini menunjuk kepada situasi paripurna didalam hubungan manusia dengan TUHAN. Di dalam situasi paripurna terjadilah Kemanunggalan manusia dengan TUHAN sehingga TUHAN bagaikan SUKSMA didalam DIRI manusia dan manusia di dalam kewadagan dari TUHAN seperti lepas dari kewadaganya sendiri. Dalam situasi seperti ini diluar kesadaran manusia HURIP diperkenankan mengalami HAKEKAT TUHAN atas perkenan dan pemberian TUHAN.
Oleh karena itu situasi paripurna sebagaimana terungkap dalam baris terakhir aksara JAWA tidak harus diartikan sebagai alam wasana, sebab situasi tersebut dapat terjadi pada saat manusia masih hidup di alam madya, manusia dapat manunggal dengan TUHAN sedemikian sehingga TUHAN bagaikan SUKSMA dalam diri manusia dan terjadilah hubungan kemanunggalan manusia dengan TUHAN sebagai bagian dari pelaksanaan SIFAT HAKEKAT KODRAT MANUSIA sebagai kelangsungan dari situasi awal hidup manusia maupun sesudah manusia dilahirkan dan hidup di dunia dalam rangka pelaksanaan keterikatan, ketergantungan dan perjanjian manusia dengan TUHAN.
Tetapi apapun yang dipahami manusia adalah sebuah konsep yang diterima oleh manusia itu melalui panca indranya. Dari pemahaman mengenai segala sesuatu itulah manusia berbuat, bertindak dan beraktifitas apapun sesuai dengan konsep yang dipahami oleh manusia itu sendiri. Kemudian timbulnya pertentangan dan kekecewaan ataupun hal hal yang tidak sesuai dengan keinginan manusia itu sendiri adalah dikarenakan masing masing manusia mempunyai pemahaman mengenai konsep yang pernah diterimanya itu berbeda beda. Konsep yang diterima manusia sejak dia dilahirkan dan kemampuan manusia itu sendiri dalam mencerna atau menerima konsep tersebut akan sangat berpengaruh di dalam manusia itu menjalani hidup dan kehidupanya sebagai manusia. Konsep mengenai kebahagiaan, kedamaian, ketenangan, mengenai hal hal positif,ataupun konsep mengenai kekecewaan, kegelisahan dan hal hal negatif lainnya, sudah mulai dikenalkan manusia oleh sekitarnya.
Banyak manusia yang akhirnya menyadari keadaan yang seperti tersebut diatas, banyak pula yang melakukan hal sesuai dengan konsep yang pernah diterimanya mengenai apapun juga. Atau bahkan banyak yang melakukan aktifitas kesehariannya tanpa konsep atau tanpa pemahaman apapun. Semua nya bergerak sesuai kodratnya masing masing secara pemahaman konsep.
Ada hal luar biasa kalau manusia mau keluar dari konsep atau pemahaman apapun yang pernah diterima oleh manusia itu sendiri. Bagaimana semua pemahaman itu bisa masuk kedalam manusia. Yang dipahami oleh penulis, masuknya informasi tentang apapun bersumber kepada : SUARA…..
Awal manusia dilahirkan secara medis bayi akan bisa melihat dulu kemudia baru mendengar. Tanpa bisa menganalisa apapun. Bayi akan menerima apapun yang dia lihat, apapun yang didengarnya. Kemudian awal dia mulai melihat dan mendengar mulailah dikenalkan hal hal yang tidak dipahaminya oleh orang tuanya melalui SUARA…..yang akhirnya mempunyai arti tersendiri dan menjadi pemahaman.
SUARA….mari kita renungkan seandanyai kita semua bisa melihat dan tidak mendengar, tetapi bisa bersuara….??????? atau tidak bisa melihat tapi bisa mendengar dan bisa bersuara…….atau bisa melihat, bisa mendengar tetapi tidak bisa bersuara??????