Pernah nggak merasa tiba-tiba bad mood tanpa tahu kenapa ?
Bahkan sudah coba dicari-cari tetap gak ketemu kenapa kok jadi bad mood.
Coba kita bayangkan tentang suatu hari yang semuanya tampak baik-baik saja, kita berangkat beraktivitas dari rumah dengan perasaan yang menyenangkan, jalanan lancar, sampai di tempat kita melakukan aktivitas (kantor/kampus) bertemu dengan rekan-rekan yang saling bercanda ringan, mendapatkan pujian dari beberapa rekan bahkan atasan / dosen. Pokoknya hari itu semuanya OK punya.
Tidak lama berselang seseorang menelpon kita.
Rekan dekat yang menelpon kita ini sedang mengalami masalah yang cukup rumit, dia berkeluh kesah tentang bagaimana kondisi dia saat ini yang sangat-sangat berantakan. Dia baru saja ditipu orang, usahanya yang dibangun bertahun-tahun hancur, dan saat ini keluarganya, pasangannya, rekan dekatnya semua menjauhi dia karena kondisi dia yang tidak mampu kembali bangkit.
Selama kurang lebih 30 menit kita akhirnya menjadi pendengar dari segala keruwetannya. Kita tidak memiliki solusi terhadap masalahnya dan hanya dapat berusaha untuk menenangkan serta membuat dirinya tegar.
Beberapa saat setelah itu kita menyadari bahwa tiba-tiba perasaan kita menjadi tidak enak, kita merasa depresi, tak karuan, bahkan menjadi moody atas segala hal. Sampai dirumah pun kita tidak enak makan dan susah tidur meskipun badan sudah berasa capek.
Apa yang terjadi ? Bukankah sebelumnya hari kita baik-baik saja ?
Empathy
Manusia memang memiliki kemampuan biasa dalam menyerap emosi lingkungannya, apa yang kita lihat, kita dengar dan kita alami akan mampu mengubah emosi dan mood kita tanpa kita sadari.
Pernah menangis di akhir cerita saat kita melihat film drama yang mengharukan ?
Atau tiba-tiba tersenyum atau ikut tertawa waktu melihat sekumpulan orang atau anak kecil yang bercanda dan tertawa ? Bahkan kadang kita tidak mengerti apa yang mereka tertawakan.
Nah, dalam kondisi tadi kita pun menyerap emosi negative dari rekan yang menelpon kita. 30 menit waktu yang cukup lama bagi pikiran bawah sadar kita merekam semua hal negative itu, bahkan akhirnya mampu mengubah diri kita sampai pada level bad mood, bahkan depresi.
Kita pun akhirnya menyadari bahwa emosi tadi bukan milik kita. Bukan buatan kita. Dan tidak diperuntukkan untuk kita.
Seberapa sering emosi negative yang bukan milik kita mempengaruhi kita ?
Seberapa sering kita mengakses berita, konten negative dari sosial media sehari-hari ?
Berapa banyak chat-group kita yang isinya keluh kesah, sumpah serapah dan terbaca tiap hari ?
Apakah lingkungan terdekat kita berisi sekumpulan orang-orang hebat atau orang-orang sesat ? Yang cuma berbicara masalah terus menerus tanpa ada solusi.
Memang, berempati terhadap kesulitan rekan, bahkan membantu untuk menyelesaikan masalahnya adalah perbuatan yang baik. Namun kita juga perlu menyadari tidak semua empati membawa hal yang positive terhadap diri kita.
Menyadari bahwa emosi yang timbul di diri kita saat ini bukan milik kita, tidak diperuntukkan bagi kita adalah langkah awal untuk membentengi alam bawah sadar kita merekam dan meng-copy emosi negative yang timbul dari lingkungan kita. Berupaya untuk menghindari sedikit demi sedikit hal-hal negative dari lingkungan kita dan mulai mencari lingkungan yg lebih positive tentu akan berdampak terhadap perubahan emosi (mood-swing) kita.
Kesadaran kita akan pikiran kita, bahwa kita memiliki kemampuan untuk membuang, menghapus emosi-emosi yang tidak kita perlukan agar tak membebani kita membuat kita menjadi Raja bagi pikiran kita sendiri.
Kesadaran adalah segalanya.