Bagaimana seseorang bisa mengalami phobia
Phobia dalam kamus Webster yang saya kutip dari buku “Hypnotherapy” karya Adi W Gunawan adalahperasaan takut irrasional, berlebihan yang bersifat terus menerus terhadap sesuatu hal atau peristiwa. Phobia bisa dialami oleh siapa pun dan beberapa orang menganggapnya sebagai sesuatu yang sulit dimengerti bahkan bisa menjadi bahan tertawa bagi orang lain. Kita tahu phobia ada begitu beragam macamnya, nah disini saya mengambil contoh pada mereka yang mengalami phobia naik pesawat dan phobia ketinggian.
Pikiran manusia adalah anugrah yang luar biasa yang diciptakan oleh Tuhan. Keduanya saling terhubung dan bekerja sama manakala ada suatu informasi yang masuk ke pikiran kita. Kita mengasosiasikan setiap informasi yang masuk dalam bentuk citra, gambar, suara, sentuhan (internal movie) dihantarkan oleh energy melalui panca indra kemudian diteruskan ke pikiran sadar (conscious area) , pada tahap ini informasi tersebut dianalisa, bila informasi ini layak maka akan diterima oleh RAS ( reticular activating system) kemudian dilanjutkan ke pikiran bawah sadar ( sub conscious) informasi ini dibandingkan dengan database kita menyangkut emosi, memory masa lalu, feeling , believe , kebiasaan dan lainnnya.
Nah menyangkut phobia menurut orang normal bukanlah suatu hal yang wajar karena mereka melihatnya dari sudut pandang ‘logika’ sedangkan bagi mereka yang mengalaminya pendekatannya lebih menggunakan emosi dengan apa yang mereka rasakan. Kok bisa begitu? Masih ingat dengan catatan saya tentang “ Mekanisme Pikiran dan Tindakan” , disana saya membahas tentang pikiran sadar dan bawah sadar, silahkan and baca lagi. Emosi kita terletak di pikiran bawah sadar yang kekuatannya sembilan kali lebih kuat dari pikiran sadar. Phobia adalah salah satu bentuk dari emosi yang terletak di pikiran bawah sadar.
Pada workshop beberapa waktu yang lalu ada hal yang menarik, saya meminta pada peserta yang ingin dibantu untuk dilepaskan phobianya. Beberapa Saat Kemudian salah seorang dari mereka pun mengangkat tangan, sebut saja namanya “Mbak Ririn” yang memiliki phobia naik pesawat sejak dua tahun lalu dan ada satu lagi yang bernama Mas “Robi” yang memiliki phobia terhadap ketinggian. Tentu dua orang ini memiliki peristiwa dan latar belakang yang berbeda yang memicu terjadinya phobia yang mereka alami.
Phobia merupakan program yang hanya aktif di pikiran bawah sadar bila ada yang memicu (mengaktifkan) , program ini dapat terjadi dengan formula sebagai berikut: ” Jika ………….. , maka ………………” , saya mencontohkan dengan apa yang dialami oleh Mbak “Ririn” yang dalam pikiran bawah sadarnya jika program ini aktif akan terjadi seperti ini ; Jika saya naik pesawat maka badan saya gemetar, merinding, cemas, keringatan,…..dsb”.
Tahukah anda seringkali phobia diperkuat dengan hukum asosiasi (law of association) Misalnya seseorang yang mengalami kejadian berbahaya dan menakutkan menghubungkan sesuatu hal dengan hal lainnya yang saling berhubungan, seperti yang dialami oleh mbak Ririn tersebut. Ketika pertama kali dia menaiki pesawat program ini menjadi aktif karena ada elemen-elemen atau hal-hal yang saling berhubungan yang memicu emosi rasa takutnya itu hadir. Nah Apa saja elemen-elemen itu ? ketika berada dalam pesawat “Ririn” merasakan guncangan yang hebat, mendengar suara gemuruh halilintar diluar mengakibatkan rasa takut yang luar biasa sehingga menjadi trigger (pemicu) yang aktif secara fisik dia merasakan ritme jantungnya berdebar kuat, berkeringat dingin dan disertai rasa cemas dan takut. Lain halnya dengan Mas Robi yang mengalami phobia ketinggian, dengan terbata-bata dia menceritakan kejadian yang dialaminya sejak duduk di kelas 2 (dua) SD, ketika itu ia diajak oleh orang tuanya ke kantor pos dan pada saat dia naik ke lantai dua di sebuah gedung, ada hal yang menakutkan bagi dirinya pada saat melihat ke arah bawah dan dengan seketika trigger pun terjadi.
Pada umumnya mereka yang mengalami phobia dan trauma terjadi karena dua proses pertama Sensitizing Event yakni kejadian yang membuat seseorang menjadi sensitif. Kedua adalah Activating Sensitiving Event yakni kejadian yang mengaktifkan phobia atau traumatic. Kedua proses terjadinya phobia ini bisa jadi berdiri sendiri-sendiri atau dua peristiwa yang bersamaan. Menurut jenisnya phobia ada dua yaitu simple phobia (phobia yang muncul karena satu pemicu saja) dan complex phobia (phobia berhubungan dngan banyak pemicu). Menurut saya, apa yang dialami Ririn dan Robi merupakan sensitizing event.
- Bagaimana Melepaskan phobia Naik Pesawat dan Phobia Ketinggian
Untuk mengatasi phobia ada beragam teknik yang bisa anda lakukan , nah disini saya akan share suatu teknik yang cukup sederhana dan praktis yang bisa dipraktekan oleh siapa pun yaitu Disassociation Technique. Teknik ini bukanlah teknik baru, tetapi teknik ini merupakan pengembangan teknik aplikatif dalam NLP (Neuro Linguistic Programming) untuk terapi. Teknik ini luar biasa yang saya gunakan untuk membantu Ririn dan Robi melepaskan phobia mereka dengan cepat kurang dari 5 (lima) menit.
Diatas saya sudah menjelaskan bagaimana hukum asosiasi mempengaruhi dan memperkuat terjadinya phobia dan trauma, nah bagaimana kalau hukum asosiasi yang terbentuk karena adanya trigger tadi kita lakukan pembalikkan kembali yaitu mengubah polanya dengan menghack program yang aktif pemicu terjadinya phobia (merusak “memory”nya), inilah yang disebut dengan Disassociation Technique. Kok “Merusak memory”? Maksudnya bagaimana ? Saya meminjam istilah ini dari kelas Quantum X Formation Master Ifan Winarno, nah disana kita diajak untuk mengedepankan kerangka berpikir kita salah satunya adalah tentang bagaimana “merusak memory” yang tidak memberdayakan bagi diri kita. Lebih luas lagi kita akan memahami state of mind tentang bagaimana memory terbentuk yang tidak lagi di pikiran dan perasaan tetapi juga karena faktor fisiologi (pergerakan) kita setiap saat. Merusak memory disini adalah bagaimana kita mengubah emosi yang terpendam pada mereka yang mengalami phobia atau kasus traumatic.
Disassociation Technique berupaya mengubah emosi seseorang yang mengalami phobia atau trauma pada aspek pikiran dan perasaannya sehingga bebas dari emosi-emosi negatif dan menjadi jauh lebih berdaya. Lalu bagaimana dengan aspek fisiologinya?, nah saya tidak bisa menjawabnnya disini kalau anda berminat saya sarankan ikut kelas Quantum X Formation.
Baik mungkin anda sudah tidak sabar lagi bagaimana cara saya membantu melepaskan phobia naik pesawat yang dialami oleh Ririn, berikut ini Langkah-langkah melakukan Disassocation Technique:
1. Pertama saya meminta Mbak Ririn, berdiri menghadap ke depan , saya meminta untuk bercerita awal terjadinya phobia pada dirinya, setelah itu saya minta untuk memejamkan mata kemudian menarik napas 1-3 kali agar dia merasa jauh lebih rileks,
2. Langah berikutnya saya menginstruksikan untuk merentangkan tangan kiri kedepan lalu telapak tangan terbuka dihadapkan ke wajahnya seperti orang yang lagi bercermin tetapi mata masih dalam keadaan tertutup,
3. Perlahan-lahan saya memandunya memikirkan kembali peristiwa itu pertama kali seakan-akan melihatnya pada telapak tangan kirinya, membayangkan kembali filmnya diputar dengan gambaran yang jelas mulai warna, suara, dan rasanya (Pada saat ini saya melihat mimik mukanya menjadi tegang, mengkerut, badannya bergetar, merinding, cemas dan rasa takut itu benar-benar hadir).
4. Disaat emosinya memuncak , saya meminta Ririn : membayangkan untuk mengambil sebuah pensil kemudian filmnya tadi dicoret-coret sampai gambarnya jadi rusak, polanya pun seketika berubah , filmnya terhapus perlahan-lahan hilang bersama emosi yang mbak Agung rasakan. Bayangkan gambar tadi hilang tak berbekas lepas di udara.
5. Setelah itu saya memintanya untuk menepuk telapak tangan kiri dengan telapak tangan kanannya. Sebelum melakukannya saya meminta untuk menarik napas dalam-dalam, ketika menarik napas bayangkan untuk menarik rasa takut yang masih terpendam, kemudian melepaskannnya perlahan-lahan dan dengan seketika menepuk tangan kirinya.
6. Terakhiran saya memintanya membuka matanya perlahan-lahan dan luar biasanya mbak Ririn begitu plong,..ceria, tersenyum bahagia dan saya turut merasakan kelegaan yang terpancar di wajahnya. Saya bertanya apa yang mbak Ririn saat ini rasakan dan memintanya bercerita apa adanya. Dengan menarik napas panjang lirih dia mengatakan “ …Plong.., dan rasanya sudah hilang begitu saja…”. Saya meminta untuk maju 2 langkah kedepan, berhenti disana, saya katakan: ‘ Saat ini anda sudah berada disini dengan perasaan lega dan bahagia, anda sudah meninggalkan masa lalu anda beberapa saat yang lalu. Dia hanya tersenyum lirih, saat itupun saya meminta aplaus pada peserta lain yang telah memberi dukungan pada proses terapi yang berlangsung singkat tersebut.
Dengan teknik yang sama saya membantu mas Robi melepaskan phobia ketinggian yang dialaminya. Tentu teknik ini menjadi ampuh karena kerja sama yang apik dan kemauan dari Mbak Ririn dan Mas Robi untuk melepaskan phobianya. Saya hanya bisa mengucap syukur pada Tuhan proses terapi bisa berlangsung dengan mudah dan cepat.
Apa yang dialami oleh mbak ririn dan mas Kifli hanyalah contoh kecil realitas di kehidupan kita , tentu masih ada di sekiling kita entah saudara atau sahabat kita yang memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan tentang phobia atau trauma terhadap sesuatu benda atau peristiwa. Bagi yang ingin membantu seseorang yang sedang mengalami phobia, Disassociation Technique adalah teknik sederhana yang disarankan untuk penanganan pada phobia atau kasus trauma yang ringan pula. Selanjutnya untuk kasus phobia atau trauma yang kompleks anda bisa berkonsultasi dengan praktisi hypnotherapy yang lebih ahli dan berpengalaman di kota anda.
Sekian semoga bermanfaat,
Terima Kasih
Palu, 8 Oktober 2013
Ifran Rapegawi,
Founder & Hypnotherapist di Lingkar Sinergi Institute
Pelayanan Counceling & Therapy Hubungi 0853 95684959
www.hipnoterapi-palu.blogspot.co.id
Sumber rujukan :
- Hypnotherapy, The Art of Sub Conscious Restucturing, Adi W Gunawan
- Emotional Freedom Technique, Deny Vangsapalo
- Audio book, Mengatasi rasa takut , Tung Desem Waringin