IBHCenter

Indonesian Board of Hypnotherapy Official Website

  • Home
  • Blog
  • Member
    • Certified Hypnotist
    • Certified Hypnotherapist
    • Trainer
  • Jadwal Pelatihan
  • Renewal
  • login

Benarkah Kejahatan Bisa Terjadi karena Hipnosis?

December 18, 2025 by SEFRI NALDO

Beberapa kali kita mendengar cerita di berita atau dari mulut ke mulut: "Saya tidak sadar, seperti dikendalikan, katanya kena hipnosis." Cerita ini sering muncul pada kasus pencurian, penipuan, atau pengambilan barang tanpa paksaan fisik. Pertanyaannya: apakah benar seseorang bisa dipaksa melakukan sesuatu lewat hipnosis? Atau ada penjelasan lain yang lebih masuk akal secara ilmiah?

Artikel ini akan membahasnya dengan bahasa santai, tanpa istilah rumit, supaya mudah dipahami oleh siapa pun—even kalau belum pernah belajar hipnosis sama sekali.

Apa Itu Hipnosis (yang Sering Disalahpahami)?

Hipnosis bukan ilmu gaib, bukan sihir, dan bukan alat untuk mengendalikan orang seperti di film. Secara ilmiah, hipnosis adalah kondisi fokus dan sugestibilitas yang meningkat, mirip saat kita:

  • Asyik membaca buku sampai tidak sadar dipanggil

  • Mengemudi jauh tapi lupa detail perjalanan

  • Terlalu fokus pada layar HP sampai tidak sadar waktu

Dalam kondisi ini, seseorang lebih fokus, bukan kehilangan kesadaran.

Poin penting:

Orang yang dihipnosis tetap sadar, masih bisa menolak, dan tidak akan melakukan hal yang bertentangan dengan nilai atau kepentingannya sendiri.

Mengapa Istilah "Hipnotis" Lebih Sering Muncul di Masyarakat

Dalam praktiknya, istilah yang lebih sering muncul di masyarakat bukanlah hipnosis, melainkan hipnotis. Istilah hipnotis digunakan secara luas untuk menyebut pelaku atau kejadian yang dianggap melibatkan pengaruh pikiran. Padahal, secara keilmuan, hipnosis adalah proses atau kondisi, sedangkan hipnotis merujuk pada orang yang melakukan hipnosis. Istilah ini kemudian bercampur dengan persepsi awam dan dipakai untuk menjelaskan berbagai kejadian yang terasa aneh atau sulit dipahami.

Istilah hipnotis tetap sering digunakan karena beberapa alasan. Di masyarakat, kata hipnotis sudah menjadi istilah populer untuk segala sesuatu yang terasa aneh atau di luar kendali. Media juga kerap menggunakan istilah ini karena terdengar sensasional. Bagi korban, menyebut hipnotis sering kali terasa lebih mudah diterima daripada mengakui bahwa dirinya lengah. Sementara itu, pemahaman masyarakat tentang hipnosis masih banyak dipengaruhi oleh mitos dan gambaran mistis ketimbang penjelasan. Singkatnya hipnosis dan hipnotis itu beda maknanya. 

Lalu Kenapa Banyak Korban Mengaku “Seperti Dihipnosis”?

Pengakuan korban bukan berarti bohong. Mereka memang merasakan sesuatu yang nyata. Tapi sensasi itu belum tentu hipnosis. Ilmu psikologi menjelaskan bahwa ada beberapa kondisi mental yang rasanya mirip hipnosis.

Modus yang Sering Disangka Hipnosis (Padahal Bukan)

a. Shock Emosional & Cognitive Overload

Pelaku sering memulai dengan:

  • Sapaan mendadak

  • Pertanyaan cepat dan bertubi-tubi

  • Cerita mendesak atau membuat panik

Otak manusia tidak suka kebingungan. Saat kaget atau panik, otak otomatis masuk mode hemat energi dan mengikuti arahan paling sederhana.

Contoh:

“Bu, maaf, dompet ibu jatuh. Ini bukan punya ibu ya? Tolong cek tasnya, cepat!”

Korban fokus ke satu hal, bukan berpikir logis.

📌 Ini disebut cognitive overload, bukan hipnosis.

b. Social Compliance (Taat Sosial)

Sejak kecil kita diajarkan:

  • Jangan menolak orang

  • Hormati yang lebih tua

  • Jangan bikin ribut

Pelaku memanfaatkan ini dengan bersikap:

  • Rapi

  • Sopan

  • Seolah punya otoritas

Korban menuruti bukan karena dikendalikan, tapi karena tidak enak menolak.

c. Fear Response (Respons Takut)

Saat takut:

  • Logika menurun

  • Ingatan melemah

  • Tubuh fokus pada "aman dulu"

Ini sebabnya korban sering bilang:

“Setelah kejadian, saya baru sadar kok bisa begitu.”

Itu karena logika baru aktif setelah rasa aman kembali.

d. Confabulation (Otak Mengisi Kekosongan)

Setelah kejadian, korban sering:

  • Bingung

  • Malu

  • Menyalahkan diri sendiri

Otak lalu mencari penjelasan yang paling bisa diterima:

“Mungkin saya dihipnotis.”

Padahal itu cara otak melindungi diri dari rasa bersalah.

Apakah Hipnosis Bisa Dipakai untuk Kejahatan?

Jawaban rasionalnya: Kemungkinannya sangat KECIL.

Penelitian psikologi dan hipnosis menunjukkan:

  • Hipnosis tidak bisa memaksa

  • Tidak bisa menghapus kehendak bebas

  • Tidak bisa membuat orang menyerahkan harta tanpa alasan internal

Logika sederhananya kalau hipnosis benar-benar bisa mengendalikan orang sepenuhnya, maka:

  • Bank tidak butuh brankas

  • Polisi tidak butuh interogasi

  • Dunia sudah kacau sejak lama

Faktanya? Tidak demikian.

Siapa yang Rentan Kena "Hipnosis" di Jalanan?

Orang highly sugestible ini punya otak yang cepet masuk trance ringan karena faktor genetik atau kondisi saat itu: stres tinggi, kurang tidur, atau lagi banyak bengong. Pakar bilang 10% populasi super responsif terhadap sugesti, 70% medium (butuh waktu), dan 20% resisten total. 

Pelaku modus pilih target kayak ibu-ibu pagi, pekerja capek, atau yang sendirian di keramaian, karena mereka lagi di "state hipnotik alami" (fokus tunggal + emosi overload).

Kenapa Nggak Semua Kena?

Orang yang kritis atau resisten biasanya punya pikiran analitis kuat (prefrontal cortex aktif), nggak gampang overload emosi, atau lagi kondisi prima: tidur cukup, fokus tinggi, dan curiga sama orang asing. Kalau pelaku kasih command tegas, otak mereka langsung bilang "Eh, ini aneh!" dan langsung blokir sugesti — mirip antivirus tolak virus.​

Intinya jangan kasih kepercayaan penuh kepada siapapun apalagi orang asing yang tiba-tiba ngajak ngobrol atau menelepon mengaku kenal dan lain-lain. JANGAN SEKALI KALI YA!!!!

Cara Sederhana Melindungi Diri (Realistis & Masuk Akal)

Beberapa tips praktis:

  • Jangan langsung merespons orang asing yang mendesak
  • Ambil jeda 5–10 detik sebelum bertindak
  • Pegang barang berharga saat diajak bicara
  • Berani bilang: “Maaf, saya tidak bisa” 
  • Kalau bingung, menjauh dulu

Ingat:

Orang jahat paling tidak suka orang yang tenang dan tidak terburu-buru.

 

Filed Under: Hypnosis in Communication

In memoriam Yan Nurindra

Certified Instructor of The Month November-2025

Umi Susilowati, SST., M.Kes., CI IBH., CT NNLP
No Anggota: 12472

lihat Profile

//Artikel Terbaru

  • Bukan Purbaya Yudhi Sadewa, Inilah Sosok di Balik Kebangkitan Energi 2026: Rahasia Kundalini Reiki Master 9promax Unlimited yang Mengubah Takdir Shio Ular Kayu
  • Benarkah Kejahatan Bisa Terjadi karena Hipnosis?
  • Kenapa Pikiran Negatif Lebih Sulit Dihilangkan? Kenalan dengan Negativity Bias
  • Terapi Anak GTM (Gerakan Tutup Mulut): Solusi Efektif Tanpa Paksaan
  • Hipnoterapi Anak Takut Nasi di Lumajang: Solusi Efektif Mengatasi Masalah Makan Anak

//Jadwal Pelatihan

Advanced Hypnotherapy

21-Dec-2025 - Yogyakarta

Ilyas Afsoh

Detail

Advanced Hypnotherapy

21-Dec-2025 - Bandung

Fx. Praptoharsoyo,CI,MT.NNLP

Detail

Advanced Hypnotherapy

21-Dec-2025 - Tangerang

Bernartdous Sugiharto, S.S.T, CH, CHt, CPHt, CMH, CI, C.ESTher, CT. MTH, CT. NLMOR, CT NNLP, CT. PBL, CT. HLC

Detail

Basic Hypnotherapy

21-Dec-2025 - Bandung

Deden Rizwan R, S. Pd. I, CI. IBH

Detail

Jadwal Lengkap

// News

// Our Network

logo-nca logo-nnlp

// The Indonesian Board of Hypnotherapy

Plaza Basmar Lantai 3
Jl. Mampang Prapatan Raya 106 Jakarta Selatan
Whatsapp: 0813-8100-0981 (Mey)
IBH is managed by Integra

© Copyright 2014 IBH Center · All Rights Reserved · Powered by Indonesia9 ·