Apa perbedaan antara seorang master kungfu dengan seorang pemula yang baru belajar kungfu? Sangat nyata. Seorang master sangat menguasai keterampilannya, sehingga ia dapat melakukan sebuah gerakan jurus tanpa memikirkannya. Berbeda dengan seorang pemula, mereka masih harus bekerja keras mengingat-ingat gerakan jurus yang dihafalnya. Ya, setiap orang menguasai sebuah keterampilan di level yang berbeda-beda.
Hubert Dreyfus dari Universitas California pada tahun 1980 mengajukan sebuah konsep tentang penguasaan keterampilan. Konsep ini sangat berpengaruh hingga hari ini. Menurut Dreyfus, ada lima level penguasaan seseorang terhadap sebuah keahlian:
- Pertama, level Novice (pemula). Di level ini, seorang praktisi akan mengikuti teknik-teknik yang mereka kuasai secara kaku. Mereka masih harus berpikir untuk mengeksekusi keterampilannya dengan baik.
- Kedua, level Competent (mampu). Di level ini, seorang praktisi mulai memahami konteks, kapan sebuah teknik efektif dilakukan dan kapan sebuah teknik tidak efektif dilakukan. Mereka secara sadar mampu menganalisis teknik yang mereka gunakan.
- Ketiga, level Proficient (cakap). Di level ini, seorang praktisi mulai memahami prinsip-prinsip (kaidah) di balik teknik yang mereka gunakan. Sehingga mereka lebih fleksibel dalam menggunakan teknik-teknik yang mereka kuasai.
- Keempat, level Expert (ahli). Di level ini, intuisi seorang praktisi mulai terbentuk. Mereka mulai memahami pola-pola yang terkait dengan keterampilan mereka.
- Kelima, level Master. Inilah level tertinggi. Level ketika intuisi seorang praktisi sudah sangat tajam. Sehingga mereka mampu mengeksekusi skill-nya tanpa harus berpikir. Mereka sudah masuk dalam tahap unconscious competence.
Lima level di atas ada dalam penguasaan keterampilan apapun: memasak, berenang, mengendarai motor, beladiri, atau bahkan skill NLP dan hypnotherapy. Seseorang yang menguasai keterampilan memasak di level novice tentu berbeda dengan mereka yang di level proficient. Di level novice, mereka mungkin harus memasak persis seperti panduan resep. Sehingga saat satu bahan tidak tersedia mereka bingung bagaimana memasaknya. Berbeda dengan mereka yang di level proficient, mereka paham bahan pengganti untuk menggantikan bahan yang tidak tersedia. Apalagi di level master, mereka bisa memasak tanpa resep. Bahkan beberapa orang, tahu bumbu apa yang digunakan dan berapa takarannya hanya dengan mencium aroma masakannya.
Untuk mencapai level tertinggi sebuah keahlian tentu saja membutuhkan motivasi dan usaha. Kita perlu melakukan deliberate practice, latihan yang terencana dan teratur untuk mencapai keahlian di bidang apapun. Pertanyaannya, dari sekian banyak keterampilan yang pernah Anda pelajari, di level manakah keterampilan Anda saat ini? Lalu, bagaimana rencana Anda untuk meningkatkan level keahlian Anda ini?
- Pertama, level Novice (pemula). Di level ini, seorang praktisi akan mengikuti teknik-teknik yang mereka kuasai secara kaku. Mereka masih harus berpikir untuk mengeksekusi keterampilannya dengan baik.
Di level ini, para praktisi pemula diajarkan untuk melakukan teknik sugesti dan memberikan sugesti dengan mengikuti script yang ada. Tujuan dari pembelajaran ini adalah agar praktisi terbiasa mengucapkan sugesti dan memahami pola-pola kalimat sugesti. Selain itu agar praktisi melatih diri untuk memainkan tempo, intonasi dan warna suara serta bahasa tubuh sebagai seorang praktisi hipnosis.
- Kedua, level Competent (mampu). Di level ini, seorang praktisi mulai memahami konteks, kapan sebuah teknik efektif dilakukan dan kapan sebuah teknik tidak efektif dilakukan. Mereka secara sadar mampu menganalisis teknik yang mereka gunakan.
Di level ini, praktisi mulai memahami kapan teknik tersebut dapat bekerja dengan baik dan kapan sebaiknya tidak menggunakan teknik tertentu. Praktisi memahami melalui analisa apa dan mengapa teknik tersebut bekerja. Praktisi mulai tidak terikat dengan script sugesti dan belajar menggunakan pola-pola kalimat sugesti hipnotik
- Ketiga, level Proficient (cakap). Di level ini, seorang praktisi mulai memahami prinsip-prinsip (kaidah) di balik teknik yang mereka gunakan. Sehingga mereka lebih fleksibel dalam menggunakan teknik-teknik yang mereka kuasai.
Level inilah sintesa terjadi dari hasil memahami teori-teori dan filosofi sebuah teknik sehingga praktisi sangat fleksibel dalam menggunakannya dan tahu strategi terbaik dalam melakukannya. Di level ini pula praktisi benar-benar mampu melakukan pacing dan accept – utilize kondisi subjek
- Keempat, level Expert (ahli). Di level ini, intuisi seorang praktisi mulai terbentuk. Mereka mulai memahami pola-pola yang terkait dengan keterampilan mereka.
Di level ini intuisi praktisi mulai terbentuk dan memahami pola-pola yang terkait dengan keterampilannya.
- Kelima, level Master. Inilah level tertinggi. Level ketika intuisi seorang praktisi sudah sangat tajam. Sehingga mereka mampu mengeksekusi skill-nya tanpa harus berpikir. Mereka sudah masuk dalam tahap unconscious competence.
Level dimana intuisi praktisi sudah sangat tajam dan mampu mengeksekusi skill-nya tanpa harus berpikir lagi

